Selasa, 27 Desember 2011

SALASAM MAHASISWA


Secara umum Ridarmin, S.Kom,M.Kom mengatakan Mahasiswa memiliki tiga fungsi strategis, yaitu agent of social control ( sebagai penyampai kebenaran), agent of change ( sebagai agen perubahan), dan iron stock (sebagai generasi penerus masa depan).
Jauh sebelum Indonesia telah berbuat dan menjalankan fungsi mahasiswa itu sendiri, begitu juga setelah kemerdekaan. Kita pasti ingat ketika tahun 60-an mahasiswa melakukan aksi mengusung tiga tuntutan rakyat (Tritura). Pada 1974 kita juga ingat peristiwa “Malari” (malapetaka 15 Januari), dan terakhir pada 1998 mahasiswa berhasil “meruntuhkan” orang paling berpenguasa di Indonesia selama 32 tahun. Kepemimpinan pemerintah yang sewenang-wenang akhirnya dapat diruntuhkan oleh aksi yang sangat heroik oleh para mahasiswa di seluruh penjuru Indonesia.
Kini mahasiswa sangat pasif dan tidak peka dengan isu-isu terkini. Mahasiswa sekarang kebanyakan memiliki sifat egois yang tinggi sehingga isu-isu terkini tak dihiraukannya. Mahasiswa tak lagi mendengarkan suara rakyat yang menderita karena kebijakan pemerintah. 
Banyak mahasiswa sekarang yang hanya mementingkan nilai (IPK) dan berbagai aktivitas akademik. Baginya IPK sangat penting karena untuk kepentingan mencari kerja sehingga melupakan fungsi dan peran mahasiswa itu sendiri. Jika kita mau merenungkan dan sedikit berfikir lebih dalam, bahwasanya apa yang dilakukan mahasiswa sekarang kurang tepat yang hanya mementingkan kegiatan akademik. 
Mahasiswa yang selalu menyuarakan aspirasi rakyat kecil, kini tak terdengar, hanya sedikit yang muncul dan bersuara lantang. Kebijakan-kebijakan pemerintah pun yang tak memihak rakyat kini tak direspons dengan demo ataupun yang lain, jikalau ada itu hanya sedikit. 
Jika ini terus terjadi maka yang dikhawatirkan pemerintah dapat leluasa membuat kebijakan yang membelitkan rakyat sehingga rakyat sebagai obyek menderita. Pemerintah menjadi sewenang-wenang dalam mengambil keputusan dan bersifat diktator yang selalu tak mendengarkan hati rakyat. Akibat yang sangat parah lagi negara menjadi alat memperkaya diri oleh beberapa kalangan elit, karena memeras rakyat dengan kebijakannya. Inilah yang dikawatirkan selama ini oleh berbagai kalangan, adanya transformasi peran mahasiswa. 
Apa kita tidak malu disebut mahasiswa, namun tak dapat berbuat apa-apa? Pantaskah kita disebut mahasiswa yang hanya menuntut ilmu di kampus terus mendapat IPK tinggi, sementara saudara kita di lain tempat menderita akibat kebijakan pemerintah yang semena-mena? Mari kita renungkan, apakah yang kita lakukan sekarang sudah mencerminkan peran mahasiswa yang sebenarnya***.