CUPILIKAN
POLITIK NEGERI KITA
Politik uang atau biasa
disebut money politik, merupakan hal majemuk yang dilakukan para pelaku politik
di bangsa tercinta ini.Uang sudah menjadi panglima dalam perpolitikan
Indonesia. Negeri ini akan semakin
hancur, apabila politik uang terus dibiarkan.
Para pelaku politik
tidak merasa malu untuk mempraktekkan politik uang. Mereka bahkan secara
terang-terangan melakukan deal-deal politik/ transaksi politik untuk memperoleh
pekerjaan atau kekuasaan. Sehingga hal itu pun melahirkan masyarakat yang
pragmatis.
unyil
: Berperan sebagai Camat
Bukit Berangin
junaida :
Berperan Sebagai Sekcam
Surya
: Berperan Sebagai Stap
Netty :
Berperan sebagai Pencari kerja
Ari : Berperan sebagai pencari
kerja
Setelah
diwisudakan Ari kembali kekampung halamannya. Ari lulusan FKIP Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang. Dengan bangga Ari menenteng sebuah MAP
Kuning yang berisi berkas lamaran menuju ke Kantor Camat. Karena mendapat kabar Kantor Camat
membutuhkan Stap. Begitu juga dengan Netty yang mendengar kabar dari teman
pamannya yaitu Surya yang kini salah satu kariawan di Kantor Camat Bukit
Berangin tersebut.
Ari : Permisi, pak camat ada?
junaida : Ada. Ada perlu apa ya pak?
Ari : Saya mau jumpa beliau
Juanaida : Bapak sudah janji mau jumpa
Ari : Belum
Junaida : Oo.. Bapak dari mana?
Ari : Dari rumah.
Junaida : Bapak isi buku tamu dulu.
Junaida adalah sekcam
Bukit Berangin, tiba-tiba datang seorang cewek.
Netty : permisi,
Junaida : ya, ada yang bisa saya bantu mbak
Netty : saya Netty, saya mau jumpa Pak
Surya. Pak Surya ada?
Junaida : Pak surya lagi keluar, tunggu saja
mba
Ari dan Netty menunggu
diruang tamu. Sejurus kemudian Junaida masuk keruang pak camat, tuk...tuk..tuk.
Unyil : ya! Masuk.
Junaida : Maaf pak ganggu, diluar ada tamu
yang mau jumpa dengan bapak
Unyil : Suruh masuk.
Junaida pun keluar dari
ruang pak camat, kemudian mempersilakan kepada Ari untuk masuk.
Junaida : Pak Ari, silakan masuk
Ari : Terimakasih Buk,
Ari pun masuk keruang
pak camat, tuk…tuk..tuk.
Unyil : ya! Masuk
Ari pun masuk lalu
mengulurkan tangannya, (salaman)
Unyil : Silakan Duduk, ada yang bisa
saya bantu tambah pak camat.
Ari : Begini pak, saya dapat kabar
kalau dikantor bapak
Butuh
kariawan.
Unyil : Memang dikantor ini lagi butuh
kariawan satu orang.
Awak
orang mana? Tanya camat
Ari : Orang sini pak, saya baru pulang
dari nyelesaikan studi saya.
Unyil : Anak siapa dan kuliah dimana?
Ari : saya anak Mahmud, yang
tinggal di Jl. Abdul Malik.
Saya
lulusan Universitas Maritim Raja Ali Haji. (sambil mengajukan berkas
lamarannya)
Unyil : Kami butuh, tapi kami binggung
untuk membayar gaji awak.
(sambil
bolak balik berkas Ari). Karena gaji itu BKD yang bayar. Begini saja awak
tinggal saja dulu berkas awak. Ada nomor yang bisa dihubungi?
Ari : sudah ada disitu pak, sambil
menunjuk no Hp di berkasnya.
Jika
gitu baiklah pak. Permisi pak ya sambil berjabat tangan.
Ari meninggalkan kantor
camat, lain hal dengan Netty.
Surya : Sudah lama tanya surya.
Netty : Sudah
Surya : Yuk masuk.
Ajak surya kepada Netty
untuk memasuk keruangannya. Setiba dirungannya
Surya : Silakan duduk
Netty : Ya pak
Surya : Sudah dibawa Berkasnya
Netty : Sudah ini, sambil mengjukan ke
Surya.
Surya : Info terakhir saya dapat, sudah
banyak berkas yang masuk,
Kemeja
beliau.
Tapi
akan saya usahakan, asal kamu sanggup (maksudnya membayar sogokan)
Netty : Berapa pun akan saya sediakan
pak asal saya bisa masuk.
Netty
membuka tasnya mengambil sebuah amplop sokong dan lalu memberikan kepada Surya.
Surya : “BINGUNG”
Sekianlah Derama
singkat ini, yang dapat kami tampilkan. Apa yang akan terjadi apabila
ideologi,loyalitas, orientasi dan lain-lain, sudah mampu terbeli dengan uang?
Hal ini bisa kita jadikan renungan bagi kita bersama, untuk membangun peradaban
Indonesia jangka panjang.