Minggu, 23 Oktober 2011

TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI DASAR MOTIVASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi. Sehubungan denganitu maka seorang pengajar harus dapat memberikan pengertian kepada siswa, bahwa belajar memiliki beberapa maksud seperti:
  1. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah   diketahui.
  2.  Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik tingkah laku maupun keterampilan.
  3.  Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam satu pengertian baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku.
  4. Dapat memehami dan/atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Dalam rangka membina, membimbing dan memberikan motivasi kearah yang dicita-citakan, maka hubungan guru dan siswa harus bersifat educatif. Interaksi educatif ini adalah sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan tertentu, yakni untuk mendewasakan anak didik agar nantinya dapat berdiri sendiri, dapat menemukan jati dirinya secara utuh. Hal ini bukan sesuatu pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan usaha yang serius. Guru sebagai Pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan siswa sebagai anak didiknya di atas kepentingan yang lain. Ibarat seorang dokter, maka keselamatan dokter harus diutamakan. Guru harus dapat mengembangkan motivasi dari setiap kegiatan interaksi dengan siswanya. Hal ini sekaligus dalam rangka menerjemahkan siapa guru secara profesional. Dengan ini guru perlu menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk membawa anak didik kepada tingkat keberhasilannya. Jadi untuk memahami pengetahuan interaksi educatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus diperlukan suatu “interaksi belajar mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi. Maka terlebih dahulu perlu dipahami hal halyang mendasarinya. Sekurang kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi educatif, termaksud pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Kemudian setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagaidasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan mendasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu.
B.     Tujuan dan Kegunan Makalah
      1.    Tujuan Makalah
a.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Tujuan Pendidikan Dan Pengajaran Sebagai Dasar Motivasi, Arti Tujuan, Tujuan Akhir dan Tujuan Intermedier Sebagai Dasar Motivasi, serta Tujuan Pengajaran.
b.      Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali 
2. Kegunaan Makalah
a.       Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Intraksi Belajar mengajar.
b.      Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi media untuk menambah dan memperluas khasanah keilmuan, terkhususnya bagi pengembangan keguruan ilmu pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Arti Tujuan
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu pristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa atau subjek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman belajar. Menurut Winarno Surakhmad, rumusan dan taraf pencapaian tujuan pengajaran adalah merupakan petunjuk praktis tentang sejauh manakah intraksi edukatif adalah harus dibawa untuk mencapai tujuan akhir. Dengan demikian, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan dari sejak belajar, hingga member arah, ke mana kegiatan belajar-mengajar itu harus dibawa dan dilaksanakan. Ada tiga alas an mengapa tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dirumuskan :
  1. Jika sesuatu pekerjaan atau tugas tidak disertai tujuan yang jelas, maka akan sulitlah untuk memilih atau merencanakan bahan dan strategi yang hendak di tempuh atau di capai.
  2.  Rumusan tujuan yang baik terinci akan mempermudah pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki dari subjek belajar.
  3. Perumusan tujuan yang benar akan memberikan pedoman bagi siswa atau subjek belajar dalam menyelesaikan materi dan kegiatan belajarnya.
Jadi rumusan tujuan merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam perencanaan, implementasi dan penilaian suatu program belajar-mengajar.
B.     Tujuan Akhir dan Tujuan Intermedier Sebagai Dasar Motivasi
       1.Tujuan akhir sebagai dasar filosofis
        Setiap cabang pendidikan dan pengajaran memiliki pedoman umum untuk menentukan tujuan dan hasil akhir. Pedoman itu akan cendrung bersifat filosofis dan politis. Karena tujuan itu ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang. Indonesia sendiri telah menerapkan dasar, tujuan dan system pendidikan nasional secara umum, yakni Pendidikan Nasional Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, pendidikan angkatan bersenjata, kejuruan dan sebagainya.
UU Pendidikan dan Pengajaran RI Sekretariat No. 4/1950 kemudian menjadi UU Pendidikan dan Pengajaran RI No.12/1954, pada Bab II pasal 3, Menyebutkan tentang tujuan Pendidikan dan Pengajaran :
“ tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahtraan masyarakat dan tanah air”
Berangkat dari rumusan tersebut dijelaskan secara rinci, bahwa prinsip untuk membentuk manusia atau warga Negara kriterianya sebagai berikut :
a.       Susila :
berbudi luhur, tenggang rasa, takwa pada Tuhan YME, mempertinggi budi perkerti.
b.      Cakap :
Memiliki pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, dan dapat mengembangkan kreativitas.
c.       Sosial :
Sikap demokratis, mencintai sesame manusia, mempertebal semangat kebangsaan.
Dalam unsure demokratis akan didapat tiga prinsip, yakni ;
1.      Rasa hormat terhadap pribadi atau harkat sesame manusia;
2.      Kepercayaan bahwa setiap manusia bisa mempunyai pikiran;
3.      Kerelaan berbakti kepada kesejahtraan umum.
UU No.12 Tahun 1954, dipertegas dalam rumusan Tap MPR Tahun 1973, dalam GBHN : “Pembangunan di bidang Pendidikan didasarkan atas falsafah Negara Pancasila. Kemudian disempurnakan dalam GBHN 1978 dan 1983.
Dalam GBHN 1983 dijelaskan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat keperibadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
Tujuan pendidikan Nasional Indonesia adalah ingin membentuk manusia yang Pancasilais, yang ingin membentuk manusia-manusia pembangunan.
Adapun cirri-ciri manusia pembangunan:
a.       Takwa kepada Tuhan YME, sehat jasmani maupun rohani;
b.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
c.       Dapat mengembangkan kreativitas dan penuh tanggung jawab;
d.      Dapat menyuburkan sikap demokratis, penuh tenggang rasa dan saling hormat menghormati;
e.       Dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur dan susila;
f.       Memiliki semangat kebangsaan dan mencintai tanah airnya;
g.      Mencintai semua manusia dan selalu berusaha menggalang persatuan;
h.      Dapat membangun dirinya sendiri dan memperhatikan pembangunan masyarakat pada umumnya.
Ada yang menyebutkan tujuan pendidikan itu pada hakikatnya memanusiakan manusia, atau mengantarkan anak didik untuk dapat menemukan jati dirinya. Filosofis dari tujuan ini menerangkan.
“ memanusiakan manusia, berarti ingin menepatkan manusia-manusia Indonesia sesuai dengan propesi dan hakekat kemanusiaannya. Agar manusia menemukan jati dirinya. Dengan menyadari dan memahami “siapa Dia”,” mengapa dia diadakan kedunia ini”dan” harus kemana nantinya”.

2.      Tujuan Intermedier sebagai mutivasi oprasional
             Untuk mencapai tujuan terbentuknya manusia-manusia yang mampu menemukan jati dirinya, manusia-manusia dengan cirri-ciri sebagai dikemukakan diatas, memerlukan kerja serius, efisien, sistematis dan materi atau komponen-komponen yang relevan. Diharapkan tujuan yang bersifat normative, sangat umum dan luas itu mendapat bentuk yang nyata. Secara umum disebut engan kurikulum.
             Kurikulum ini menjadi pedoman praktis dalam upaya melaksanakan tercapainyatujuan pengajaran. Berdasarkan kurikulum ada yang dikenal pedoman khusus, misalnya silabus, rencana pelajaran terurai, dan lain-lain.
              Untuk mencapai tujuan akhir, atau tujuan secara umum ( misalnya di beri symbol A), diperlukan pencapaian tujuan yang lebih mudah atau khusus (misalnya di beri symbol  a1,a2,a3,a4,dan seterusnya). Tercapainya tujuan : a1,a2,a3,a4,dan seterusnya. Berarti akan tercapai tujuan umum atau akhir (A).
a.       Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat nasional. Hasil pencapaiannya akan berwujud : warga Negara yang berkepribadian nasional yang bertakwa kepada Tuhan YME, bertanggung jawab atas kesejahtraan masyarakat, bangsa dan tanah air.
b.      Tujuan Nasional
Yakni merupakan tujuan pendidikan yang ingindicapai pada tingkat lembaga pendidikan.hasilnya berwujud tamatan sekolah SD, SMA/MA dan Perguruan Tinggi.

c.       Tujuan Kurikuler
Adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tinggkat mata pelajaran atau bidang studi-bidang studi. Hasinya berwujud bidang studi Geografi, Sejarah, Matematika, dan lainnya.
d.      Tujuan Instruksional/Pembelajaran
Tujuan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Hasinya berupa terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan kemampuan teknolginya.
Dengan empat macam jenjang tujuan pendidkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan Instruksional/pengajaran akan senantiasa merupakan tujuan paling awal dan sekaligus merupakan dasar untuk mencapai jenjang tujuan berikutnya.
C.    Tujuan Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal dengan istilah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran inilah yang merupakan hasil belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar dibawah bimbingan guru dalam kondisi tang kondusif.
Pembelajaran di bagi dua :
a.       Tujuan Instruksional / tujuan umum pengajaran (TUP)
b.      Tujuan Instruksional/ tujuan khusus pengajaran (TKP)
Ada beberapa rumusan mengenai TUP dan TIU :
1.      SK Menteri pendidikan dan kebudayaan  No.8/U/1975,TIU diartikan sebagai tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada program pengajaran suatu bidang pelajaran.
2.      Menurut Gene E.Hall dan Howarld L.Jones, TIU adalah pernyataan umum mengenai hasil suatu program pengajaran.
3.      Dick dan Carey ,TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia selesai mengikuti suatu pelajaran.
4.      Briggs, TIU adalah pernyataan umum mengenai tujuan akhirdari program pengajaran.
Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan tujuan umum pengajaran/ pembelajaran itu adalah merupakan hasil belajar siswa setelah selesai belajar, dan dirumuskan dengan satu pernyataan yang bersifat umum
Untuk merumuskan TUP/TIU dan TKP/TIK dengan dua cara
1.      Menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan keutamaan  untuk TIU, misalnya digunakan kata-kata : memahami, menghayati, menyadari, mengetahui dan sebagainya.
2.      Unyuk TKP/TIK. Menggunakan kata-kata yang bersifat khusus atau dapat diamati misalnya: menyebutkan, menjelaskan, menerangkan,menunjukkan.
Contoh :
TUP/TIU : Agar siswa dapat memahami tentang jenis batu-batuan.
TKP/TIK : Agar siswa dapat:
a.       Menyebutkan macam-macam jenis batu-batuan
b.      Menerangkan cirri-ciri/sifat dari tiap jenis batuan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II maka dapat kita simpulkan Dalam rangka membina, membimbing dan memberikan motivasi kearah yang dicita-citakan, maka hubungan guru dan siswa harus bersifat educatif. Interaksi educatif ini adalah sebagai suatu proses hubungan timbal balik yang memiliki tujuan tertentu, yakni untuk mendewasakan anak didik agar nantinya dapat berdiri sendiri, dapat menemukan jati dirinya secara utuh.
tujuan  merupakan suatu rumusan atau merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam perencanaan, implementasi dan penilaian suatu program belajar-mengajar.
B.     Saran
Untuk menindak lanjuti beberapa permasalahan yang dihadapi sebagaimana yang telah dijelaskan dalam makalh ini. Maka, dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak.
1.      Perlu meninjau kembali tentang Arti Tujuan, Tujuan Akhir dan Tujuan Intermedier Sebagai Dasar Motivasi, Tujuan Pengajaran. Karena ketiga elemen ini merupakan sub pembahasan “TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI DASAR MOTIVASI”
2.      karena ketiga sub ini merupakan prangkat terpenting dalam Intraksi Belajar Mengajar, bagaimana kita bisa menjadi pengajar profesional yang handal jika kita tidak bisa memotivasi peserta didik. Semoga dengan mempelajari TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN SEBAGAI DASAR MOTIVASI ini, membuat kita lebih baik dari sebelumnya.

Sabtu, 22 Oktober 2011

KARANAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kegiatan menulis suatu karangan bentuk apa pun, dari karangan khayali, tulisan ilmiah, laporan perjalan sampai ulasan peristiwa, tidak hanya bermanfaat  melainkan juga sungguh mempesonakan dan menggairahkan bagi penulisnya. Kegiatan mengarang bukanlah suatu usaha yang gampang, kegiatan yang sederhana, dan kerja yang sebentar sehingga karenanya memerlukan motivasi yang tepat dan terus – menerus. Dorongan batin yang besar itu dapat dikembangkan oleh setiap peminat dengan mengetahui, memahami sampai menghayati berbagai nilai, arti penting, manfaat, dan bahkan pesona yang melekat pada kegiatan menulis
Salah satu kunci sukses dalam mengarang adalah  mampuan memahami tentang pengembangan karangan agar mampu menciptakan kegiatan mengarang meliputi rangkaian perbuatan dari mengolah gagasan sampai menyusun kalimat, berbagai pengalaman dari pikiran yang cerah atau macet sampai perasaan yang gembira atau kesal, dan sebuah naskah yang bisa bagus atau jelek. Semua ini menimbulkan bermacam-macam nilai yang dapat memuaskan aneka kebutuhan seseorang.
B.     Tujuan dan Kegunaan Makalah
1.      Tujuan Makalah
a.        Apakah yang dimaksud dengan karangan
b.      Apa yang dibicarakan dalam pengembangan karangan
c.       Apa saja penggolongan karangan itu
2.      Kegunaan Makalah
a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah Menulis yang di bimbing oleh Eka Rihan, S.Pd, M.Pd.
b.      Untuk mengetahui pengertian karangan.
c.       Untuk mengetahui hal-hal yang dibicarakan dalam pengembangan karangan.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN KARANGAN

Menurut bahasa karangan adalah hasil karya tulisan yang dibuat seseorang, dan hasil karya tersebut berasal dari pengalamanya atau pengalaman orang lain atau juga bisa hasil proses pemikiran atau ide dari sipenulis yang ingin di sampaikan kepada sipembaca.
Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Untuk dapat mengarang suatu tulisan perlu terlebih dahulu mengerti dan memahami beberapa pengertian yang menyangkut kegiatan itu : 
  1. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.
  2. Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.
  3. Pengarang adalah seseprang yang karena kegemarannya atau berdasarkan bidang kerjanya melakukan kegiatan mengarang.
  4. Karang-mengarang adalah kegiatan atau pekerjaan.
B.     Merancang Karangan
Kegiatan mengarang merupakan kegiatan bertahap. Pada umumnya, para pakar membagi kegiatan mengarang itu menjadi tiga tahap, yakni (1 ) tahap kegiatan prapenulisan (prewriting), (2) tahap kegiatan penulisan (writing), dan (3)tahap kegiatan pascapenulisan (post- writing). Dengan kata lain, egiatan mengarang adalah kegiatan yang mengikuti alur proses yang bertahap dan berurutan.

Sesudah membuat pemilihan tajuk, maka siswa /mahasiswa seterusnya harus membuat perancangan. Ramai siswa/ mahasiswa yang tidak merancang karangan yang ingin mereka tulis. Semua “perancangan” yang dibuat dibiarkan saja di minda. Akibatnya, siswa /mahasiswa mengalami masalah terlupa isi yang hendak ditulis atau terpengaruh dengan aruspemikiran pada waktu dia sedang menulis itu. Akibatnya, isi yang ditulis selalunya bukan saja berbeza daripada rancangan asal yang telah dibuat malah kadangkala pendekatan yang telah dipilih juga berubah. Jika ini berlaku, ia boleh menjejas prestasi karangan yang ditulis kerana siswa/mahasiswa mudah bingung dan kadangkala keliru sendiri. Panduan dibawah ini dapat menolong Seswa/ Makasiswa mengelakkan berlakunya masalah di atas:

  • Pertama kita harus menganalisa soalan yang diberi untuk mengetahui apakahyang sebenarnya dikehendaki oleh soalan itu.
  • Seterusnya, tuliskan isi-isi yang terfikir mengenai topik yang diberi dalam bentuk nota. Pikirkan sekali contoh-contoh yang boleh menguatkan isi-isi itu.
  • Susun isi-isi tadi mengikut urutan kronologi atau golongan / sub-tajuk (contoh: baik / buruk) yang ingin disampaikan.
  •  Kemudian, ketepikan isi-isi yang kurang relevan.

Perancangan yang telah dibuat ini jangan dibuang. Jika ditakdirkan pelajarkekurangan masa untuk menamatkan karangan dengan sempurna, bolehlah disertakan kertas perancangan ini bersama kertas jawapan. Para pemarkahakan mengambil  kira nota perancangan ini dalam penilaian mereka. 
Dalam lampiran satu, ada disertakan beberapa soalan karangan GCE ‘O’November 1997 serta contoh perancangan isi cadangan yang boleh digunakan pelajar sebagai latihan untuk meningkatkan kemahiran ini.
C.    Tipe-tipe Penyusun Kerangka Karanan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan di kerjakan, karena jarang sekali orang-orang yang langsung menuangkan ide-idenya atau isi pikirannya secara teratur dan logis dan sempurna diatas kertas sebelum menulis kerangka karangan itu dalam kertas, kita harus membuat bagan dan rencana kerja agar mengalami perbaikan, dan penyempurna, metode untuk membuat rancang biasanya disebut kerangka karangan atau outline. Kerangka karangan menjamin suatu penyusun yang logis dan teratur, serta penulis dapat membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan, kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat cermat.
Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak mungkin terjadi.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
1.      Menentukan tema dan judul
Sebelum anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
a.       Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b.      Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c.       Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
2.      Mengumpulkan bahan
Setelah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3.      Menyeleksi bahan
Setelah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a.       Catat hal penting semampunya.
b.      Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c.       Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4.      Membuat kerangka
Bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
D.    Jenis Karangan
1.      Narasi:
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.
Langkah menyusun narasi (fiksi): Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.
2.      Deskripsi
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.
Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.
Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya: Keindahan Bukit Kintamani Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional Keadaan ruang praktik Keadaan daerah yang dilanda bencana
Langkah menyusun deskripsi: Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan Tentukan tujuan Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan Kembangkan kerangka menjadi deskripsi
3.      Eksposisi:
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
a.    Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
b.       Peranan majalah dinding di sekolah -Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.
Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1.      Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2.      Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
3.      Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.
Langkah menyusun eksposisi: Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
4.      Argumentasi:
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya: Disiplin kunci sukses berwirausaha, Teknologi komunikasi harus segera dikuasai, Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Langkah menyusun argumentasi : Menentukan topik/ tema Menetapkan tujuan Mengumpulkan data dari berbagai sumber Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
5.      Persuasi:
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.
Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya: Katakan tidak pada NARKOBA, Hemat energi demi generasi mendatang, Hutan sahabat kita, Hidup sehat tanpa rokok, Membaca memperluas cakrawala.
E.     Menulis Karangan
1.      Ketika Menulis
Perkara yang harus diberi perhatian semasa menulis ialah cara penyampaian isiyang telahpun pelajar fikirkan dan susun dalam bentuk nota. Ada dua perkara yang perludiberikan perhatian di sini:
a.       Susunan / Penyampaian isi :
                                i.            Setiap karangan yang ditulis perlulah mengikut pendekatan lazim yangdiambil oleh setiap pengarang, iaitu ia didahulukan dengan pembukaan /pendahuluan, kemudian diikuti dengan isi / pendapat dan berakhir denganpenutup atau kesimpulan. Karangan yang baik haruslah mengandungisetiap komponen ini yang diberikan variasi yang wajar dengan tajuk yangdiberi. Pembukaan yang samar-samar atau penutup yang mendadak akanmemincangkan karangan yang ditulis.

Biarpun demikian, janganlah pula pelajar memberikan tumpuan yangterlalu panjang kepada pembukaan sesuatu karangan sehingga isi yangsepatutnya diberikan lebih penelitian tidak mendapat perhatian yangsewajarnya.
                              ii.            Pelajar perlu tahu cara penyampaian isi karangan yang berbentuk
baik/buruk atau masalah/huraian yang baik. Pendekatan yang boleh
diambil luas, namun, pelajar harus pastikan bahawa susunan isi yang
dibuat adalah sistematik dan tidak mengelirukan.

Sebagai contoh, pelajar bolehlah menerangkan isi-isi yang menunjukkankebaikan dahulu sebelum menerangkan isi-isi yang menunjukkankeburukan dalam menjawab karangan yang berbentuk baik/buruk. Dalamkarangan masalah/huraian pula, bolehlah pelajar mengutarakan sesuatumasalah diikuti dengan huraiannya sebelum membincangkan masalahyang seterusnya.
                            iii.            Isi yang telah disusun rapi perlu pula disampaikan dengan cara yang meyakinkan. Ia harus disertakan dengan contoh-contoh yang relevan untuk menguatkan serta menyokong pendapat / isi yang diketengahkan. Terdapat dua perkara yang harus pelajar elakkan iaitu (1) hanya memberi pendapat atau isi dan terus berpindah kepada isi yangseterusnya, tanpa menjelaskan dengan terang apa yang dimaksudkandengan isi yang sebelumnya dan (2) penggunaan statistik yang direkasendiri dan ketulenannya tidak mampu dibuktikan. Ini boleh menjejas nilaikarangan yang ditulis sebagai sebuah karangan yang cetek.
2.      Laras bahasa yang digunakan dalam penyampaian isi
Ramai pelajar yang ghairah ketika menulis karangan, lebih-lebih lagidalam peperiksaan dan apabila topik yang ‘keluar’ merupakan sesuatu yangmereka anggap menarik atau mudah. Bukan sahaja mereka tidak merancang isi-isiyang ingin dimuatkan, malah format serta laras bahasa yang sesuai juga tidakdiberikan perhatian.
Para pelajar perlu menggunakan laras bahasa yang sesuai dengan bentukkarangan yang dipilih. Misalnya, mereka harus elakkan daripada menggunakangaya bahasa naratif ketika menjawab karangan berbentuk perbincangan ataufaktual, (begitu juga ketika menulis surat kiriman rasmi). Penggunaan larasbahasa lisan perlu dielakkan sama sekali, biarpun dalam penggunaan dialog. Cubarujuk kepada contoh karangan di bawah ini:

   “Majalah hiburan banyak membawa kesan negatif kepada para
                                   remaja. Beri pendapat kamu.”

Aku dan teman-teman remajaku yang lain selalu bertemu di restoran makanansegera Mac Donald’s sebelum kami menuju ke kedai buku The Popular Bookshop untukmendapatkan majalah-majalah hiburan terkini yang kami gemari. Kami selalu berpakaianberjenama dan menggunakan bahan-bahan dandanan yang popular seperti yang selalunyadiiklankan dalam majalah-majalah hiburan yang kami beli. Maznilah yang paling beranidi antara kami. Dia akan berpakaian seperti artis-artis popular yang dipamerkan dalammajalah-majalah yang kami baca, pakaian-pakaian yang ketat dan memberahikan.
Cara hidup kami juga agak berbeza dengan remaja-remaja lain. Kami sukamembaca ruangan gosip yang selalunya dimuatkan dalam majalah-majalah hiburan itudan selalunya, cara hidup artis-artis popular yang kami sanjungi akan dibincangkan.Kami gemar meniru cara hidup mereka, saja kerana suka-suka dan untuk mendapatkankeseronokan. Kelab-kelab malam serta disko kami kunjungi kerana di situlah kami dapatmerasakan nikmat yang sebenar seperti yang digambarkan dalam majalah-majalahhiburan yang kami baca.
Atas desakan teman-teman yang kami kenali semasa di disko dan kelab-kelabmalam itu, kami bukan sahaja pernah merokok, malah mencuba pil ecstasy. Seronok jugarasanya. Namun, kami telah tertangkap pada suatu malam apabila disko yang kamikunjungi diperiksa polis. Aku dimasukkan ke rumah tumpangan budak-budak perempuannakal manakala teman-temanku yang lain menghadapi nasib yang seburuk aku.
Aku setuju dengan topik di atas, bahawa majalah hiburan banyak membawa kesannegatif terhadap para remaja. Lihatlah apa yang telah berlaku kepada diriku serta rakan-rakanku. Akibat terlalu dipengaruhi oleh bahan-bahan bacaan yang terdapat dalammajalah hiburan yang aku gemari, aku kini terpaksa merempat di rumah kebajikan.

*** Karangan di atas sebenarnya penuh dengan isi yang relevan untuk menjawab soalan yang diberi penulis ingin menjadikan dirinya serta rekan-rekan sebayanya sebagai bukti bahwa tajuk yang diberi sandat disetujuinya.
Namun, cara penyampaiannya serta laras bahasa yang digunakan adalah tidak sesuai untuk menjawab soalan karangan yang berbentuk perbincangan ini. Ini tentunya akan menjejas markah yang akan diberikan untuk karangan yang ditulis bukan saja dari segi bahasa, malah juga isi karena gaya bahasa yang digunakan tidak dapat menyampaikan isi dengan cara yang jelas dan teratur.

F.     Merevisi Karangan
Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali mengenai keseluruhan yang telah ditulis,memperbaiki,mengubah,bahkan diperluas kembali isi karangannya.

  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab II, mengenai Karangan. Maka, dapat kita simpulkan mengaran adalah suatu karya tulis baik berupa fiksi, maupun non fiksi yang dituangkan oleh seorang melalui sebuah tulisan. Dalam menulis sebuah karangan tentu banyak hal-hal yang mesti di perhatikan dan di penuhi. Ada Pendahuluan, merancang karangan, tipe penyusun kerangka karangan, jenis karangan yang hendak ditulis, menulis karangan, dan serta merevisi karangan tersebut.
B.     Saran
Untuk menindak lanjuti beberapa masalah yang sering kita lakukan dalam mengarang dan untuk menghilangkannya maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu :
1)      Mulailah berlatih dengan disertai rasa kemauan yang kuat terhadap keinginan menjadi penulis.
2)      Jangan pernah merasa malu untuk bertanya kepada orang-orang yang dianggap berpengalaman tentang menulis atau mengarang, misalnya kepada orang-orang yang kesehariannya sering menerbitkan berbagai tulisan.