KOTA YANG ANEH
Terpencil dan tak berlaut
Koka dan Timah tempat berpaut
Ada hamparan yang tak berumput
Seperti langit tapi bukan laut
Hamparan yang disebut-sebut
Uyuni yang dimaksud
Terpencil,
Tapi patut kita salut
Negara tanpa laut
Tapi punya Angkatan Laut
7000 personel, 173 Kapal
Milik angkatan laut
Sungguh aneh tapi nyata
BOLIVIA punya cerita***
Karya : Unyil
Lubeng-lubeng kejew
Doh kesoi beno aseu ku ndok
Sinun-sini ku cubew carheq
Medeng endek isek jek
Susah nu
Dari kambong singrhik hambai kombong urhang
Mang samew jek
Sanghak nak pakai beyo
Pakai shugok urhang kabo
Mang peneng itow di buet ee…
Maken arhi maken payah jek Negerhi itow ni
Urhang kambong tap jedi urhang kambong
Urhang kutow tap jedi urhang kutow
Habis urhang kambong nak masok kejew endek wah ditimak
Padew hal ijazah samew
Yew tamat SMA, itow tamat SMA gek
Yew sarjana, itow sarjana gek
Mendew kurang ee..
Naseeep-naseeeep
Kohni buet majel iyoo
Kulah nginggi samew jek ame ngan endek ulah.
Karya : Unyil
Tanjung Pinang, 28 Desember 2010
Jam, 09.52 WIB
DAERAH MENUNGGUMU
Wahai generasi muda harapan Bangsa
Jangan tidur seperti pejabat-pejabat kita
Yang tak menghiraukan kemajuan Bangsa
Yang penting dia berjaya yang lain terserah mau jadi apa
Daerah kita daerah yang kaya
Kaya akan sumber daya alamnya
Teman-teman adalah sumber daya manusianya
kelolalah dia agar masyarakat kita bisa ikut menikmatinya
Bila sampai waktumu
Pulanglah segera untuk membangun Daerah mu
Jangan lagi berleha-leha
Karena sudah waktunya
Kalau kita bisa mengenalkan Daerah kita kepenjuru Dunia
Karya: Unyil
Natuna adalah namamu
Nama yang tak dikenal semasa kecil ku
Dulu orang menyebutmu pulau tujuh
Pulau yang letaknya paling jauh
Jauh nun ditengah-tengah hamparan laut cina selatan
Hingga diri mu dibiarkan begitu saja oleh Bangsa
Itulah yang membuat dirimu jauh dan makin tambah jauh
Jauh dari perkembangan
Jauh dari kemajuan
Jauh ketinggalan
Jauh dari berbagai hal
Jauh ditengah lautan masih bisa diseberangi
Tapi jauh dari perhatian itu lah yang membuat
Dirimu jauh ketinggalan dari perkembangan zaman
Orang cuma mengenalimu sekedar sebuah pulau kecil
Yang sebagai ladang pengarapan
Hasil laut mu di ambil seenak mereka
Isi perutmu di keluar semaunya saja
Namun kamu diam seribu bahasa
Seolah-olah tak terjadi apa-apa
Tanjung Pinang 03 januari 2011
jam, 11.15 WIB
RASA TAK PERNAH BOHONG
RASA TAK PERNAH BOHONG
Di sela-sela kebingunganku
Aku merasa ada getaran di dada
Ketika itu aku ingin berkata
Apa yang sedang aku rasa
Tapi aku tak tahu kepada siapa
Yang hendak aku kata
Yang anehnya lagi aku tak tahu
Apa yang hedak ku kata
Kini…hari-hari telah berlalu
Aku pun jadi sering tak menentu
Di hatiku di selimuti oleh rasa rindu
Rasa itulah yang selalu menghantuiku
Kini aku tahu…
Sebab…
Rasa tak pernah bohong
Aku tak ingin menipu, justru itu
Aku tak boleh malu
Kalau aku benar-benar merindukanmu
Wahai pujaanku, kau adalah harapanku
Maukah kau membantu aku
Untuk meraih mimpiku
Dengan menemaniku, setiap waktu
Agar perasaan tak buntu
Bolehkah aku menjadi milikmu…(x)
Karya : Unyil
Jam, 21.15 WIB
Keajaiban Dunia
Mata ini hanya bisa melihat Ketakjuban …
Ku hilangkan rasa lelah ,
Aku melangkah , telusuri jalanku …
Inikah keajaiban dunia ,
Yang imajinasikan …
Aku jauh pada saat itu …
Kekokohan , kesulitan , berapa juta jiwa kah yang membangun , tembok cina ini …?
Terfikirku olehku ,
Betapa kurangnya teknologi pada masa itu …
Raga – raga terhebatkah yang terpilih …?
Atau hanya kekuasaan seorang raja yang mampu mengokohkan tembok pertahanan ini …
Gelengan kepala ku yang hanya bisa menjawab , keindahan seni nyata ini …
Karya : Siti Atun
Kakiku melangkah, penat
Menarik nafas , sesaat
Terus melangkah, menapak bukit
Jabal nur , sempit
Gua Hira , sesak
Tetamu Allah, berarak
Ku masuk , menyelami
Ruang Rasullullah , sembunyi
Tangan ku menadah , mengucap syukur kepada Allah
Bisikan pulang , ibadah
Jiwa nan cerah
Undanganmu berakhir sudah
Mimpiku ke Baitullah .
Oleh : Jaka Selambe
Malam ….
Heningmu ,
Larutkan waktu berlalu …
Deret kenangan menumpuk ingat …
Dikamar pikirku…
Dingin di kala itu…
Moskow kota …
Di hujung jalan ku berjalan …
Menapak pijak lelah langkah ,,,
Menyapa diri …
Gedung megah , tak lagi indah …
Tanya ku gundah …
Moskow kota , datang musibah …
Ah …
Bukanlah …
Hanya alam membawa madah …
Karya : Lili Sumarni
Hawa sejuk , terasa
Meski pagi melambai siang
Tampak rinyai rinyai putih , betah
Seakan enggan berpisah
Tiba waktu pindah
Ku coba tepis dingin menyelami tubuh ,
Kaki ku langkah melintas pinggir bangunan nan megah ,
Moskow …
Dimusim dingin
Bunga tidur ku semalam
Karya : Suhandri
Salju …
Kau belum waktunya turun …
Biarlah air mata ku saja yang berlinang turun …
Hati ku hancur bagai di jatuh kan dari , tinginya menara Efel …
Cukup la sakit hati ini …
Cukup bunga sakura saja yang tau siksa ku rasa ,
Akibat janji , tak di beri …
Di bantal tidur aku bermimpi .
Karya : Candra Prayoga
Hanya dirimu yang selalu kurindu
Hanya belaian kasihmu yang menjadi impianku
Bayangkanlah bila aku menjadi pendamping hidupmu
Bayangkanlah bila aku datang memeluk tubuhmu
Bayangkanlah bila aku hadir disetiap mimpi indahmu
SUARA HATI Q
Akan aku akui banyaknya kesalahanku
Yang telah aku perbuat di masa lalu
Di saat ini lah aku menyadari
Perbuatan yang telah aku perbuat
Disinilah aku mau minta maaf
Dan skaligus kumohon kau percaya
Di dalam hati ku yang tak berkurang rasa saying
Kuharap mafkanlah daku
Bila kau masih ada dendam
Balaslah dengan caramu
Sampai puas rasa hatimu
Tapi jangan tinggalkan aku
Sebab aku tak mau berpisah
Biar aku rasakan sendiri
Sakit di khianati
Balaslah aku, tapi jangan tinggalkan aku
Jujur saja, aku tak pernah sanggup
Hidup tanpa kamu ***
SUARA HATI Q II
Aku sungguh cinta padamu
Pertama kali kita bertemu
Lembutnya kau sentuh jariku
Tersipu ku malu-malu
Waktu itu kau tanyakan namaku
Hari-hari telah berlalu
Kini ku semakin dekat dengan mu
Saat melalui rasa hatiku
Kau ucapkan cintamu
Tapi aku harus bagai mana
Inginya ku katakana iya saja
Mungkinkah ini cinta
Yang telah bertaud didalam dada
Apakah cinta itu memang ada
Tapi aku malu tuk mengatakannya
Cinta diantara kita
Semoga menyatu selamanya
Cintaku hanya Satu
Jagalah selalu cintaku
Karena, sampai akhir waktu
Aku selalu cinta padamu***
SUARA HATI Q III
Tatapan matamu selalu terbayang
Senyumu yang memukat hatiku
Bibirmu selalu berkata manis
Tak bisa ku melupakannya
Kau selalu mengatakan cinta
Cinta yang amat tulus
Setulus cintamu pada ku
Yang ada dibenakmu
Hatiku selalu gelisah
Karena kau tak dating
Menemuiku, pada saat
Aku sendirian…
Aku selalu menginggatmu
Pada waktu aku sendiri
Aku hanya kesepian
Tak ada teman
Dan tak ada tawa dan canda
Hanya ditemani rasa dingin
Dan langiy yang membiru
Tertutup awan***
AKU CINTA KAU
Aku cinta kau
Kehidupanku terisi dengan namamu
Untukmu aku rela berkorban
Cinta...Sebuah kata dari ku untuk mu
Ingin ku terus bersamamu
Namun, waktu dan jarak memisahkan kita
Tapi kata-katamu membuat aku terpaku
Aku cinta kamu
Kau bagaikan bintang yang tak pernah redup
Aku persembahkan puisi ini untukmu,
Untukmu!
SALAM RINDU
Kasih
Puisi ini untuk mu
bukan lukisan duka hatiku
bukan pula sekeranjang cinta untukmu
isinya ;
Adalah Setangkai Daun Kerinduan
di ikat tali merah pengakuan
hanya agar kau tahu...***
AKU BUKAN BULANMU
Dalam hening menderu rasa sukma
hela nafas ku menelusuri sunyi
Q Sadari
Aq bukanlah sang bintang
yang sanggup memberikan harapan dan
Aq juga bukan sang bulan yang kian sempurna temani malammu.
Rni, 14 juni 2007
TAK INGIN BERDUSTA
Bila mata hari engan menyinari bumi
Burung-burung pun engan bernyanyi
Bila bintang-bintang bersembunyi dimalam hari
Bumi ini akan terasa gelap dan sepi
Bila hal ini terjadi berkali-kali
Itu pertanda hidup ini akan mati
Aku pasrah apapun yang terjadi pada hari ini,
Esok hari,
Lusa nanti
Dan seterusnya
Biarlah waktu yang menyelesaikannya
Aku tak ingin berdusta lagi
lebih baik sendiri
MATI
Matilagi-matilagi
Bentar-bentar mati
Bentar-bentar mati
Kalau tak mati tak sah!
Disini mati disana mati
Dimana-mana mati
Bila mati selalu dan selalu disertai kata
Maaf,
Asal kamu tahu
Bukan kata itu yang kami harap
Tapi
Tapi bukti yang nyata dari kesungguhanmu
Bukan kata maaf dari tahun ketahun
Kami bosan dengan kata maaf darimu
Karya : Unyil
GURU
Matahari di ufuk timur mulai tampak
Engkau melaju menuju tugas
Tampak gagah bangga dengan warna coklat
Bahkan sombong melangkah menyapa badan
Apakah itu suatu yang sudah terbiasa
Ku tau besar tanggung jawabmu
Secercah bara menggebu-gebu lahirkan setetes bintang
Menumbuh kembangkan benih-benih
Kulihat harapan di matamu
Apakah itu suatu yang tulus di hatimu
Peradaban yang bergeser dari waktu ke waktu
Tanpa engkau sadari menjadikan sebuah arus yang tak terkendali
Melupakan tugasmu,meninggalkan harapanmu,merendahkan hargamu
Engkau gali lubangmu sendiri
Mengejar cahaya surga luar
Melupakan waktumu dengan pelita
Mereka menunggu kado masa depan darimu
Akan tetapi..
Ku elus dada gelengkan kepala
Tuhan..BERI LAGI AKU JALAN.
Karya : Hasan Mardi Walisfa
MELAYU KATAMU
Bumi segantang lada
kemana hilang tuahmu
Anakmu ingkar , lupa setiamu
Ingkar di jadikan daging ,
Melayu katamu
Debu halus menempel dibumi melayu
Siraman air laju hilang sirna
Bumi melayu, pemimpin ungkal, sesuka hati , tanpa peduli
Melayu hanya lekat sekejap, melayu hanya duplikat menjabat,
Rakyat melarat
Oh ……. Bumi segantang lada tanah melayu
Air mata rakyat menetes ,menangis pilu di tanah sendiri
Melayu katamu.
Karya : Jaka Selambe
RINTIHAN INSAN
Tuhan…………
Saat kau,memberikan peringatan berupa teguran
Namun tak jua,kami hiraukan
Saat kau,titipkan bencana,melalui alam
Namun tak jua,kami sadar
Tuhanku……….
Ketika kemurkaanmu,kau turunkan
Merapi pun tanpa segan,mengeluarkan lahar panasnya
Bumi pun seakan-akan ikut bergoyang
Alam pun,seakan-akan menjadi saksi bisu,saat kau menurunkan kemurkaan mu pada mahluk yang durhaka dengan mu.
Ribuan wajah pun di terjang oleh terjangan maut tsunami
Saat itulah,Para mahluk ciptaan mu,mencari perlindungan
Meminta pertolongan,
Merintih kesakitan.
Wahai saudaraku,
Renungkanlah,
betapa banyak nya para wajah yang tidak berdosa,harus menjadi korban
karena ulah kezaliman kalian
ribuan mayat pun bergelimang di antara reruntuhan bangunan
namun..
tak jua,membuat kalian sadar akan hal itu.
Tuhan
Sekarang kami baru sadar,
Betapa lengahnya kami
Kami abaikan semua perintahmu
bahkan kami lakukan semua laranganmu.
Kau jujuhkan bencanamu.
Kau hadiahkan peringatan.
kemudian kami sambut dengan pengkhianatan.
Namun kau tetap setia dengan maaf mu.
Tuhanku….
Dalam sujudmu hamba meminta ampun,
Atas segala dosa hamba mu yang daif ini.
Karyan : Lili Sumarn
Dua puluh enam Desember
Minggu, 26 Desember 2004
Adalah hari dimana-Kau
Menunjukkan kehebatan-Mu
kepada penduduk bumi di penjuru dunia
Kota yang megah
Kota yang bersejarah
Kota yang di sebut-sebut sebagai serambi mekah
Kau porak-porandakan menjadi sampah
Gedung-gedung yang megah-Kau ratakan sama tanah
Ada yang mengatakan-kau lagi marah
Akibat perbuatan yang menghilangkan marwahalah
Dua puluh enam Desember merupakan
Salah satu cuplikan sejarah
Kalau Tuhan lagi marah***
Karya : Unyil
MANUSIA DAN KEBENCIAN
Tuhan …
Jadikanlah bencana sebagai alat pelajaran kami
Dimana ada manusia yang penuh kebencian
Taburilah dengan rasa cinta
Dimana ada manuisa yang terluka oleh manusia
Lain …
Tebarlah dengan maaf
Dimana ada kegelapan…
Siramilah dengan cahaya
Dan apabila ada kesedihan …
Berikanlah kegembiraan
Karena ulah manusia lah
Bencana datang melanda.
Karya : Syahroni
ALAM YANG MURKA
Mentari menangis menghujam bumi
Deburan ombak mengikis kan pantai
Beliung-beliung angin merobohkan pepohonan
Petir-petir bersahutan di udara
Mencekam cakrawala dunia
Wahai manusia-manusia angkuh
Sadarkah kita akan mati,,,
Tuhan marah pada kita
Maksiat merajalela
Adakah kita peduli dengan alam ini??
Ya allah…
Ampuni hamba mu
Lindungi bumi ku
Jangan lah kau murka pada kesombongan manusia
Karya : Said subhan Chandra fani
SEPERCIK CAHAYA MENGINTIP DARI INDAHNYA LANGIT NAN BIRU
AWAN YANG PUTIH SUCI
SALING BERKEJARAN MENGHILANG SEIRING DATANG NYA MALAM
RINDANG HAMPARAN PEPOHONAN
MENYEJUKKAN PEMANDANGAN
LIKU-LIKU JALANAN YANG BERLUBANG
KU LALUI HANYA DEMI MENGGAPAI MIMPI
SEMILIR ANGIN YANG BERTIUP
MEMBUKA SENYUM DI BIBIR
HATI YANG GUNDAH KINI SIRNA
DITELAN ALUNAN OMBAK DI TEPI PANTAI
OH TUHAN….
INDAHNYA CIPTAAN MU
MEMBUAT HATI INI TAK LAGI LAYU
ALAM MENGHUKUM
Bertiup …
menderu angin mengalun ombak, menggulung
mendung awan dibawa angin, hujan menjujuh
Beradu ciyau sampan nelayan,
Ulah insan lagit marah , gersang bumi basah ,
Langit cerah marah , gundah insan tak berkelah,
Riang nelayan melawan alun , letih terus mendayung ,
melawan tiada ampun, nelayan pasrah dihukum alam ,
mendayung dikelam malam,
hujan tanpa salam , dingin menancap dalam ,
biru laut keruh, bumi hijau gersang,
Mengeluh , mengaduh nelayan pasrah ,
Ulah insan penguasa marah, menititip petaka, alam adilkan .
Karya : jaka Selambe
menderu angin mengalun ombak, menggulung
mendung awan dibawa angin, hujan menjujuh
Beradu ciyau sampan nelayan,
Ulah insan lagit marah , gersang bumi basah ,
Langit cerah marah , gundah insan tak berkelah,
Riang nelayan melawan alun , letih terus mendayung ,
melawan tiada ampun, nelayan pasrah dihukum alam ,
mendayung dikelam malam,
hujan tanpa salam , dingin menancap dalam ,
biru laut keruh, bumi hijau gersang,
Mengeluh , mengaduh nelayan pasrah ,
Ulah insan penguasa marah, menititip petaka, alam adilkan .
Karya : jaka Selambe
PLN
Tak ada suara
Tak ada penerang
Sepi sekali hari ini, salah melangkah
Selalu meminta
Selalu memaksa
Semua tidak sesuai
Kamu sama seperti musang, pemakan daging sendiri
Selalu menanti harapan tidak pasti
Pekerjaanmu melayani tapi tidak ada yang kau beri
Karya : Rahmat Akbar Salim
Air
Dapatkah matahari bersinar terus
Dapatkah hujan turun terus
Dapatkah malam berganti pagi
Kapankah matahari berhenti bersinar
Kapankah hujan tiada turun
Kapankah malam takkan berganti pagi
Sesuatu pernah terjadi pada air
Air yang lembut dan tenang
Menjadi marah dan kuat
Menjadi tembok yang tinggi dan besar
Ingin pindah kedarat yang kotor
Banyak sampah yang harus dibersihkan
Sampah pada diri kita yang angkuh
Perbuatan yang kotor padamu Karya : Rahmat Akbar Salim
Pulau dewata
Disana indah
Diselimuti pantai
Beralas ombak
Pulau dewata
Semua histeris
Semua panik
Gedung berguncang
Atap berguguran
Suara sirine ambulans
Berlarian hilir-mudik
Tak tentu arah
Pulau dewata tak terbiasa gempa
Karya : Rahmat Akbar Salim
KABUT KUNING
Kemana lagi kami menyapa.
Karya : Zuhaimi
MAKASIH MAK
Mendungnya nasib ku
Setelah mentari pagi meninggalkan ku
Yang ku rasa hanya rintikan hujan
Yang menghujani jiwa
Ku sirami rimbun kesedihan bersama mekarnya melati
Namun wanginya
Terkubur digundukan mendung
Mak kepergianmu membuat aku mengerti
Mengerti akan arti hidup
Mak kini anakmu sudah dewasa
Dewasa dalam segala hal
Semoga mak bahagia
Karena kini anak mu telah Berjaya.
Karya : Unyil
Angan Yang Tak Bertuan
Angan mengundang
Menjelam di laut hati
Lisan yang sempat terucap kini terpatri mati.
Sebuah hipnotis kata
yang berpadu menjadi cinta
kini tinggallah angan yang tak bertuan
satu inginku tunggal lisanku yaitu cintamu
tapi……semuanya hanya lah asa yang semu
bunga telah berkembang di ladang baru
yang ku dapat hanyalah luka yang menikam jiwa
tak pernah ku rasa cinta.
Cinta…cinta….cinta
Yang membuat aku kecewa.
Kau ingkari janji.
Dan kau membuat semua menjadi mati.
Cinta…cinta….cinta
Kenangan lama kini terkubur
Asa baru kini ku rangkul
Wahai keramat cinta
Ku nanti engkau di sanubari hati.
Karya: Zuhaimi
24-10-2011
Di pagi hari itu
Burung berkicau ingin dimengerti
Sesekali angin menerpa sepi
Bukit yang tak berpohon , meski
Mesin berderu sepanjang waktu
Wahai saudaraku…
Sedang apa kau di sana
Harapan terkubur
dibukit yang ngundul
Kabut kuning menunda harapan
Pucat perih tertahan
Meleleh air mata
di antara isak tarikan napas
Wahai saudaraku ….
Kabut kuning semoga cepat berlalu
Negeri bertuah di depanmu
Bersabarlah, kemudahan segera datang.
By: Zuhaimi
Bauksit
Duduk di puncak gunung rumah nan megah
Megah yang indah nan mewah
Pesona bahari pun nampak di tingkap-tingkap itu
Laut yang dulu jernih kini menguning mengeruh
Tuan……………..lihat tuan
Ini salah siapa
Kata siapa ini bisa
Tuan lihat itu tuan………..
Depan belakang kiri kana rumah mu guning mengundul
Penambangan bauksit di mana-mana
Sengaja kau buta
Kau tuli
Kau bisu
Demi rupiah dapat kau raup
Tuan……tuan
Salah siapa…….ulah siapa
Tuan…….
Sang Singa Afrika
Lisan yang diikrarnya berwujud benar
Ia membuktikan ucapannya
Kepada tentara transisi yang terus menjejaki
Aku memilih mati ditanah airku sendiri
Itulah ucap penguasa Libya
Muammar Khadafi terbilang nama
Kini sang singa Afrika
Tak lagi menampakkan belangnya
Tak lagi mengaum diudara
Hilangkan angkuh lenyapkan murka
Hanya tinggallah semua nama
Tuan….. tuan
Mana muslim-mu
Tuhan kita sama
Kiblat kita sama
Kitab kita sama
Dan semua itu nyata
Tapi mengapa….mengapa
Damai enggan menyapa.
Karya: Zuhaimi
Menghadap Rabbi
Genangan air mata membasahi gubuk dikala itu
Perih melirih menikam jiwa
Sabtu kelabu jibril datang memanggil
Emak..
Telah pergi menghadap Rabbi penguasa langit dan bumi
Kini angan kala bersama tinggallah sebuah nama
Emak…
Ingin rasanya aku memelukmu
Wajah ikhlas mu kini
Masih bermain dibenak ku
Emak….
Kini aku berada di negeri segantang lada
Tinggalkan keluarga jauh di mata
Emak…..
Aku berjanji….
Akan ku sucikan air matamu
Air mata sewaktu aku ingin melangkah dulu
Dan aku akan kembali
Setelah asa terpenuhi.
Karya: Zuhaimi
Ingat ku
Ibu ...
ku coba mengingat ...
Di kecil ku , di kasihi ibu ...
Dimalam ku menangis , terjaga tidur ibu ...
Dan lagi ku mengingat ...
Raut wajah mu tampak senyum ...
Kala mendiam tangis malam ku ...
Ibu ...
Jasa mu tidak dapat ku balas ...
Namun ...
Akan selalu berbekas ...
Ibu ...
Lantunkan lagi petuah – petuah mu ...
Agar ku yakin terhadap keyakinan mu ...
By : jaka Selambe