Minggu, 24 Juni 2012

PROFIL SOSIOLINGUISTIK DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Keadaan kebahasaan di Indonesia kini, pertama, ditandai dengan adanya sebuah bahasa nasional yang sekaligus juga menjadi bahasa Negara, yaitu bahasa Indonesia; kedua, adanya ratusan bahasa daerah; ketiga, adanya sejumlah bahasa asing, yang digunakan atau diajarkan di dalam pendidikan formal. Ketiga bahasa ini secara sendiri-sendiri juga mempunyai masalah, dan secara bersama-sama juga menimbulkan masalah yang cukup kompleks, dan yang perlu diselesaikan.  Masalah yang dihadapi adalah berkenaan dengan status sosial dan politik  ketiga bahasa itu, masalah penggunaannya, masalah saling pengaruh diantara ketiganya, masalah pembinaan, pengembangan, dan pengajaran.
B.     Tujuan dan Kegunaan Makalah
1.      Tujuan Makalah
a.       Agar Mahasiswa mangetahui peran sosiolingualistik di Indonesia.
b.      Agar mahasiswa mempu mencari solusi terhadap permasalahan sosiolingualistik di Indonesia.
2.      Kegunaan Makalah
a.       Sebagai tugas terstruktur pada mata kuliah Sosiolingualistik.
b.      Hasil makalah ini diharapkan da[pat dijadikan media untuk menambah dan memperluas khasanah keilmuan, khususnya bagi pengembangan keguruan ilmu pendidikan.
  
BAB II
PROFIL SOSIOLINGUALISTIK
DI INDONESIA

A.    Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing
1.      Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan wilayah yang luas dan penduduk  yang terdiri dari berbagai suku dan tiap suku mempunyai bahasa daerah masing masing, hal ini dilatar belakangi budaya yang tidak sama.
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36, yang menyatakan bahawa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia menjalankan tugas sebagai berikut:
a)      Lambang kebanggaan nasional
b)      Lambang identitas nasional
c)      Sarana penyatuan bangsa
d)     Sarana perhubungan anatarbudaya dan daerah
Sebagai bahasa kenegaraan bahasa Indonesia bertugas sebagai:
a)      Bahasa resmi kenegaraan
b)      Bahasa pengantar resmi dilembaga pendidikan
c)      Sarana perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
d)     Sarana pengembangan kebudayaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Dari fungsi-fungsi yang diembankannya sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di Negara Republik Indonesia.
2.      Bahasa Daerah
Berdasarkan peta bahasa yang dibuat oleh Lembaga Bahasa Nasional ( kini Pusat Bahasa) tahun 1972 ada sekitar 480 buah bahasa daerah dengan jumlah penutur setiap bahasa berkisar antara 100 orang ( ada di irian jaya) sampai yang lebih dari 50 juta (penutur bahasa jawa).
Kedudukan dan kelestarian bahasa derah dijamin mendapat jaminan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 36 Bab XV UUD 1945. Bahasa daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a.       Lambang kebangaan daerah
b.      Lambang identitas daerah
c.       Sarana penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan
d.      Sarana pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
Hubungannya dengan tugas bahasa Indonesia adalah :
a.       Penunjang bahasa nasional
b.      Sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan
c.       Bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan disekolah dasar di daerah tertentu untuk mempelancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi bahasa-bahasa secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
3.      Bahasa Asing
Bahasa asing adalah bahasa-bahasa lain yang bukan melik penduduk asli seperti bahasa Cina, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis berkedudukan sebagai bahasa asing. Didalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut bertugas sebagai :
a.       Saran penghubung antar bangsa
b.      Sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan
c.       Alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi bahasa-bahasa asing merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Istilah bahasa pertama, bahas kedua, dan bahasa ketiga biasanya digunakan sebagai istilah dalam urutan pemerolehan penguasaan bahasa. Bahasa yang mula-mula dipelajari seorang anak, adalah bahasa lingkungan keluargaanya, disebut bahasa pertama atau bahasa ibu. Sebagian besar anak Indonesia bahasa pertamanya adalah bahasa daerahnya masing-masing. Setelah sekolah mempelajari bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia disebut senagai bahasa kedua. Bila disekolah diajarkan bahasa Inggris, maka bahasa Inggris disebut bahasa ketiga.
B.     Bahasa Indonesia Berasal dari Pijian
Dalam studi sosiolinguistik ada satu hal yang menarik mengenai asal usul bahasa Indonesia, yaitu adanya pendapat dari pakar asing yang memiliki reputasi nama internasional bahwa bahasa Indonesia standar berasal dari sebuah pijin yang disebut.Baz aar Malay atau Low Malay. pendapat ini mula-mula dilontarkan oleh seorang sejarawan kenamaan G.M. Kahin dalan bukunya yang berjudul Nationalism and Revoluriott in Indonesia (cornell university press 1952). Kemudian dikemukakan pula oleh seorang sosiolinguis terkenal yang mempunyai keahlian di bidang bahasa pijin dan kreol, yaitu R.A Hall dalam makalahnya berjudul, pidgins and creoles as standard Language yang dimuat dalam Pride dan Holmes, editor, (1976:142-153, cetakan pertama 1972). Pendapat Hall ini banyak diikuti oleh pakar lain seperti Hopper (1972), dan di lndonesia oleh poedjosoedarmo (1978) dan Alwasilah (1985).
Akhirnya, mengenai pendapat Hall di atas bisa dikatakan kalau benar bahasa lndonesia standar berasal dari pijin Melayu (bahasa Melayu Pasar), maka tentunya dalam bahasa Indonesia sekarang yang diterima adalah bentuk kalimat seperti, "Dia mau kasih itu kain sama dia punya bini"; dan bukannya bentuk "Dia akan memberikan kain itu kepada isterinya".
C.    Pembakuan Bahasa Indonesia
Apa yang dimaksud dengan bahasa baku dan bagaimana proses pembentukannya telah dibicarakan pada Bab l3 yang lalu. Dalam subbab ini mmasih ingin dikemukakan beberapa masalah yang berkenaan dengan pembakuan bahasa lndonesia.
Dalam Bab l3 yang lalu telah disebutkan bahwa pembakuan bahasa menyangkut semua aspek atau tataran bahasa, yaitu fonologi, ejaan, morfologi, sintaksis, kosakata, dan peristilahan. Dalam bahasa Indonesia ada pembakuan yang sudah diselesaikan, tetapi ada pula yang belum.
Pembakuan dalam bidang lafal belum pernah dilakukan, padahal dari segi kebahasaan masalah lafal ini sangat penting; dan dari segi sosial politik cukup rawan. Seringkali lafal seseorang dari daerah tertentu menjadi bahan olok-olokan dari penutur bahasa Indonesia dari daerah lainnya. Hingga kini dalam pertuturan bahasa lndonesia kita dapat mendengar aneka warna ucapan dan kita dapat mengetahui seseorang itu berasal dari berdasarkan lafalnya. Mengenai lafal yang berbeda-beda ini ada ciri seorang anak Indonesia kelahiran Jakarta yang mengikuti program pertukaran pelajar ke jepang. Selama di Jepang dia ditemani oleh seorang (mahasiswi Jepang) yang pemah mengikuti prograrn yang sama dan tinggal di Jember, Jawa Timur, Indonesia. Si mentor ini merasa heran karena bahasa Indonesia (tepatnya lafalnya) yang dikuasai dan dipelajari slama di Indonesia tidak sama dengan  yang digunakan pelajar dari Jakarta yang  kini dibimbingnya. Cerita si anak Jakarta itu, bahasa Indonesia si mentornya persis seperti bahasa Indonesianya pelawak Kadir dan Bu Bariyah.
Pembakuan dalam bidang gramatika, mencakup morfologi dan sintaksis, telah dilakukan, yakni dengan terbitnya buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 1988, dan yang pada tahun 1993 terah pula diterbitkan revisinya. Sayangnya masih banyak sekali pakar dan guru bahasa Indonesia yang masih merasa kurang "pas" dengan buku tersebut. Banyak masalah yang muncul dari buku tersebut untuk bisa dipersoalkan. Sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat bukanlah sebuah buku tata bahasa baku yang teoretis, melainkan sebuah buku tata bahasa baku yang praktis yang mudah diikuti untuk dijadikan pedoman dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. oleh karena itu, barangkali, berdasarkan buku tata bahasa baku yang ada itu, dapat dibuat sebuah buku tata bahasa yang lain, yang dengan mudah dapat menjadi pedoman bagi masyarakat. Memang kita sadarijuga bahwa kaidah-kardah tata bahasa itu tidak selamanya tetap; namun, adanya ketetapan sangat diperlukan dalam pembinaan dan pembakuan bahasa.
Pembakuan dalam bidang kosakata dan istilah sudah dan sedang berjalan. Pengembangan, pemekaran, dan pembakuan kosakata memang ticlak bisa berhenti pada satu titik, sebab seperti kita lihat dari Bab 9, perubahan kosakata dalam setiap bahasa hampir dapat dikatakan bisa terjadi sepanjang waktu. Terbitnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (l988, edisi II 1993) merupakan satu tonggak yang sangat penting dalam upaya pembakuan dan pemekaran kosakata bahasa Indonesia.
D.    Pengajaran Bahasa Indonesia
Dalam pengajaran pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia mempunyai dua bagian yaitu :
1.      Sebagai bahasa pengantar di dalam pendidikan, dan
2.      Sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari.
E.     Sikap dan Kemampuan Berbahasa
Secara nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama bahasa daerah adalah pada tingkat kedua dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Tetapi bagi sebagian besar orang Indonesia dilihat dari segi emosional, keakraban, dan perolehan, bahasa daerah menduduki tingkat pertama; bahasa Indonesia nrenduduki tempat kedua, dan bahasa asing ada pada tingkat ketiga. Lalu, sikap terhadap ketiga bahasa itu pun tidak ditentukan oleh urutan kedudukan ketiga bahasa itu secara nasional melainkan menurut segi emosional, keakrab dan perolehan. Jadi, bahasa daerah  mendapat perhatian pertama, bahasa Indonesia yang kedua, dan bahasa asing yang ketiga. Oleh karena itu, sebagai akibat dari sikap itu, bahasa darah (yang memang dikuasai  dan digunakan sejak kecil ) akan digunakan sebaik mungkin kalau perlu tanpa kesalahan.
Sikap terhadap bahasa Indonesia seperti kurangnya minat untuk mempelajarinya akan  memberi dampak yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di kalagan banyak orang lndonesia baik dari lapisan bawah, menengah,dan atas bahkan juga pada lapisan intetektual. Kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada anggota masyarakat kelas bawah dan menengah bisa dimengerti sebab mereka pada umumnya tidak pernah secara formal mendapat pendidikan bahasa lndonesia atau kalau pun dapat tentulah dalam porsi yang tidak cukup. Tetapi kurangnya kemampuan berbahasa lndonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual adalah sangat tidak biasa sebab mereka rata-rata mendapat pendidikan yang cukup. Apalagi untuk kelompok intelektual. Karena itu, kalau dicari sebabnya mengapa mereka kurang mampu berbahasa Indonesia, tentu adalah pada alasan sikap yang meremehkan dan kurang menghargai serta tidak punya rasa bangga terhadap bahasa lndonesia.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian pada  Bab II tentu dapat kita simpulkan bahwa pada profil sosiolingualistik di Indonesia terdapat beberapa hal yang menitik beratkan permasalaha pahasa Bahasa. Dengan mengetahui peran sosiolingualitik di Indonesia khususnya pada, baik bahasa Indonesia, bahasa Daerah, maupun bahasa Asing. Dan ketiga bahasa ini tentu mempunyai peran dan kedudukan tersendiri.
Dengan mengetahui peran bahasa itu sendiri dan permasalahan yang timbul maka kita diharapkan mampu mencari solusi terhadap permasalahan yang ada seperti pendapat para ahli mengenai asal muasal bahasa Indonesia, pembakuan bahasa, dan kemampuan berbahasa. Karena ini merupakan permasalahan yang perlu kita kaji, kita telahi, dan cari jalan keluarnya agar permalahan tidak terjadi permasalahan tiada akhir.
B.     Saran
Kita sebagai penduduk Indonesia hendaknya kita harus dapat menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan kaedah nya baik dari segi waktu, tempatnya, dan lainnya. Karena bahasa sebagai sarana penghubung dalam berinteraksi dengan orang sekeliling kita.
Kapan kita menggunakan bahasa Daerah, Indonesia, maupun Asing. Jadi keefektifan berkomunikasi tergantung penguasaan bahasa oleh orang yang menggunakan bahasa tersebut.