BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keadaan
kebahasaan di Indonesia kini, pertama, ditandai
dengan adanya sebuah bahasa nasional yang sekaligus juga menjadi bahasa Negara,
yaitu bahasa Indonesia; kedua, adanya
ratusan bahasa daerah; ketiga, adanya
sejumlah bahasa asing, yang digunakan atau diajarkan di dalam pendidikan
formal. Ketiga bahasa ini secara sendiri-sendiri juga mempunyai masalah, dan
secara bersama-sama juga menimbulkan masalah yang cukup kompleks, dan yang
perlu diselesaikan. Masalah yang dihadapi
adalah berkenaan dengan status sosial dan politik ketiga bahasa itu, masalah penggunaannya,
masalah saling pengaruh diantara ketiganya, masalah pembinaan, pengembangan,
dan pengajaran.
B.
Tujuan
dan Kegunaan Makalah
1. Tujuan Makalah
a. Agar
Mahasiswa mangetahui peran sosiolingualistik di Indonesia.
b. Agar
mahasiswa mempu mencari solusi terhadap permasalahan sosiolingualistik di
Indonesia.
2. Kegunaan Makalah
a. Sebagai
tugas terstruktur pada mata kuliah Sosiolingualistik.
b. Hasil
makalah ini diharapkan da[pat dijadikan media untuk menambah dan memperluas
khasanah keilmuan, khususnya bagi pengembangan keguruan ilmu pendidikan.
BAB
II
PROFIL
SOSIOLINGUALISTIK
DI
INDONESIA
A.
Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan wilayah yang luas dan penduduk yang terdiri dari berbagai suku dan tiap suku mempunyai bahasa daerah masing masing, hal ini dilatar belakangi budaya yang tidak sama.
Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36, yang menyatakan bahawa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia menjalankan tugas sebagai berikut:
a) Lambang
kebanggaan nasional
b) Lambang
identitas nasional
c) Sarana
penyatuan bangsa
d) Sarana
perhubungan anatarbudaya dan daerah
Sebagai bahasa kenegaraan bahasa Indonesia bertugas sebagai:
a) Bahasa
resmi kenegaraan
b) Bahasa
pengantar resmi dilembaga pendidikan
c) Sarana
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan
d) Sarana
pengembangan kebudayaan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Dari fungsi-fungsi yang diembankannya sebagai bahasa
nasional dan bahasa Negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan
utama di Negara Republik Indonesia.
2. Bahasa Daerah
Berdasarkan peta bahasa yang dibuat oleh Lembaga Bahasa Nasional ( kini Pusat Bahasa) tahun 1972 ada sekitar 480 buah bahasa daerah dengan jumlah penutur setiap bahasa berkisar antara 100 orang ( ada di irian jaya) sampai yang lebih dari 50 juta (penutur bahasa jawa).
Kedudukan dan kelestarian bahasa derah dijamin mendapat jaminan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 36 Bab XV UUD 1945. Bahasa daerah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Lambang
kebangaan daerah
b. Lambang
identitas daerah
c. Sarana
penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah, dan
d. Sarana
pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
Hubungannya
dengan tugas bahasa Indonesia adalah :
a. Penunjang
bahasa nasional
b. Sumber
bahan pengembangan bahasa nasional, dan
c. Bahasa
pengantar pembantu pada tingkat permulaan disekolah dasar di daerah tertentu
untuk mempelancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi
bahasa-bahasa secara sosial politik merupakan bahasa kedua.
3. Bahasa Asing
Bahasa asing adalah bahasa-bahasa lain yang bukan melik penduduk asli seperti bahasa Cina, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Belanda, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis berkedudukan sebagai bahasa asing. Didalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa tersebut bertugas sebagai :
a. Saran
penghubung antar bangsa
b. Sarana
pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan
c. Alat
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan
pembangunan nasional. Jadi bahasa-bahasa asing merupakan bahasa ketiga di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
Istilah bahasa pertama, bahas kedua, dan bahasa
ketiga biasanya digunakan sebagai istilah dalam urutan pemerolehan penguasaan
bahasa. Bahasa yang mula-mula dipelajari seorang anak, adalah bahasa lingkungan
keluargaanya, disebut bahasa pertama atau bahasa ibu. Sebagian besar anak
Indonesia bahasa pertamanya adalah bahasa daerahnya masing-masing. Setelah
sekolah mempelajari bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia disebut senagai
bahasa kedua. Bila disekolah diajarkan bahasa Inggris, maka bahasa Inggris
disebut bahasa ketiga.
B.
Bahasa
Indonesia Berasal dari Pijian
Dalam studi
sosiolinguistik ada satu hal yang menarik mengenai asal usul bahasa Indonesia,
yaitu adanya pendapat dari pakar asing yang memiliki reputasi nama
internasional bahwa bahasa Indonesia standar berasal dari sebuah pijin yang
disebut.Baz aar Malay atau Low Malay. pendapat ini mula-mula dilontarkan oleh
seorang sejarawan kenamaan G.M. Kahin dalan bukunya yang berjudul Nationalism
and Revoluriott in Indonesia (cornell university press 1952). Kemudian
dikemukakan pula oleh seorang sosiolinguis terkenal yang mempunyai keahlian di
bidang bahasa pijin dan kreol, yaitu R.A Hall dalam makalahnya berjudul,
pidgins and creoles as standard Language yang dimuat dalam Pride dan Holmes,
editor, (1976:142-153, cetakan pertama 1972). Pendapat Hall ini banyak diikuti
oleh pakar lain seperti Hopper (1972), dan di lndonesia oleh poedjosoedarmo
(1978) dan Alwasilah (1985).
Akhirnya,
mengenai pendapat Hall di atas bisa dikatakan kalau benar bahasa lndonesia
standar berasal dari pijin Melayu (bahasa Melayu Pasar), maka tentunya dalam
bahasa Indonesia sekarang yang diterima adalah bentuk kalimat seperti,
"Dia mau kasih itu kain sama dia punya bini"; dan bukannya bentuk
"Dia akan memberikan kain itu kepada isterinya".
C.
Pembakuan
Bahasa Indonesia
Apa yang
dimaksud dengan bahasa baku dan bagaimana proses pembentukannya telah
dibicarakan pada Bab l3 yang lalu. Dalam subbab ini mmasih ingin dikemukakan
beberapa masalah yang berkenaan dengan pembakuan bahasa lndonesia.
Dalam Bab l3
yang lalu telah disebutkan bahwa pembakuan bahasa menyangkut semua aspek atau
tataran bahasa, yaitu fonologi, ejaan, morfologi, sintaksis, kosakata, dan
peristilahan. Dalam bahasa Indonesia ada pembakuan yang sudah diselesaikan,
tetapi ada pula yang belum.
Pembakuan dalam
bidang lafal belum pernah dilakukan, padahal dari segi kebahasaan masalah lafal
ini sangat penting; dan dari segi sosial politik cukup rawan. Seringkali lafal
seseorang dari daerah tertentu menjadi bahan olok-olokan dari penutur bahasa
Indonesia dari daerah lainnya. Hingga kini dalam pertuturan bahasa lndonesia
kita dapat mendengar aneka warna ucapan dan kita dapat mengetahui seseorang itu
berasal dari berdasarkan lafalnya. Mengenai lafal yang berbeda-beda ini ada
ciri seorang anak Indonesia kelahiran Jakarta yang mengikuti program pertukaran
pelajar ke jepang. Selama di Jepang dia ditemani oleh seorang (mahasiswi
Jepang) yang pemah mengikuti prograrn yang sama dan tinggal di Jember, Jawa
Timur, Indonesia. Si mentor ini merasa heran karena bahasa Indonesia (tepatnya
lafalnya) yang dikuasai dan dipelajari slama di Indonesia tidak sama dengan yang
digunakan pelajar dari Jakarta yang kini dibimbingnya. Cerita si
anak Jakarta itu, bahasa Indonesia si mentornya persis seperti bahasa
Indonesianya pelawak Kadir dan Bu Bariyah.
Pembakuan dalam
bidang gramatika, mencakup morfologi dan sintaksis, telah dilakukan, yakni
dengan terbitnya buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tahun 1988, dan yang
pada tahun 1993 terah pula diterbitkan revisinya. Sayangnya masih banyak sekali
pakar dan guru bahasa Indonesia yang masih merasa kurang "pas" dengan
buku tersebut. Banyak masalah yang muncul dari buku tersebut untuk bisa
dipersoalkan. Sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat bukanlah sebuah buku tata
bahasa baku yang teoretis, melainkan sebuah buku tata bahasa baku yang praktis
yang mudah diikuti untuk dijadikan pedoman dalam berbahasa Indonesia yang baik
dan benar. oleh karena itu, barangkali, berdasarkan buku tata bahasa baku yang
ada itu, dapat dibuat sebuah buku tata bahasa yang lain, yang dengan mudah
dapat menjadi pedoman bagi masyarakat. Memang kita sadarijuga bahwa kaidah-kardah
tata bahasa itu tidak selamanya tetap; namun, adanya ketetapan sangat
diperlukan dalam pembinaan dan pembakuan bahasa.
Pembakuan dalam
bidang kosakata dan istilah sudah dan sedang berjalan. Pengembangan, pemekaran,
dan pembakuan kosakata memang ticlak bisa berhenti pada satu titik, sebab
seperti kita lihat dari Bab 9, perubahan kosakata dalam setiap bahasa hampir
dapat dikatakan bisa terjadi sepanjang waktu. Terbitnya Kamus Besar Bahasa
Indonesia (l988, edisi II 1993) merupakan satu tonggak yang sangat penting
dalam upaya pembakuan dan pemekaran kosakata bahasa Indonesia.
D.
Pengajaran
Bahasa Indonesia
Dalam pengajaran
pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia mempunyai dua bagian yaitu :
1. Sebagai bahasa pengantar di dalam pendidikan, dan
2. Sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari.
E.
Sikap
dan Kemampuan Berbahasa
Secara nasional
kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama bahasa daerah adalah
pada tingkat kedua dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Tetapi bagi sebagian
besar orang Indonesia dilihat dari segi emosional, keakraban, dan perolehan,
bahasa daerah menduduki tingkat pertama; bahasa Indonesia nrenduduki tempat
kedua, dan bahasa asing ada pada tingkat ketiga. Lalu, sikap terhadap ketiga
bahasa itu pun tidak ditentukan oleh urutan kedudukan ketiga bahasa itu secara
nasional melainkan menurut segi emosional, keakrab dan perolehan. Jadi, bahasa
daerah mendapat perhatian pertama, bahasa Indonesia yang kedua, dan
bahasa asing yang ketiga. Oleh karena itu, sebagai akibat dari sikap itu,
bahasa darah (yang memang dikuasai dan digunakan sejak kecil ) akan
digunakan sebaik mungkin kalau perlu tanpa kesalahan.
Sikap terhadap
bahasa Indonesia seperti kurangnya minat untuk mempelajarinya
akan memberi dampak yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa
Indonesia di kalagan banyak orang lndonesia baik dari lapisan bawah,
menengah,dan atas bahkan juga pada lapisan intetektual. Kurangnya kemampuan
berbahasa Indonesia pada anggota masyarakat kelas bawah dan menengah bisa
dimengerti sebab mereka pada umumnya tidak pernah secara formal mendapat
pendidikan bahasa lndonesia atau kalau pun dapat tentulah dalam porsi yang
tidak cukup. Tetapi kurangnya kemampuan berbahasa lndonesia pada golongan atas
dan kelompok intelektual adalah sangat tidak biasa sebab mereka rata-rata
mendapat pendidikan yang cukup. Apalagi untuk kelompok intelektual. Karena itu,
kalau dicari sebabnya mengapa mereka kurang mampu berbahasa Indonesia, tentu
adalah pada alasan sikap yang meremehkan dan kurang menghargai serta tidak
punya rasa bangga terhadap bahasa lndonesia.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian pada
Bab II tentu dapat kita simpulkan bahwa
pada profil sosiolingualistik di Indonesia terdapat beberapa hal yang menitik
beratkan permasalaha pahasa Bahasa. Dengan mengetahui peran sosiolingualitik di
Indonesia khususnya pada, baik bahasa Indonesia, bahasa Daerah, maupun bahasa
Asing. Dan ketiga bahasa ini tentu mempunyai peran dan kedudukan tersendiri.
Dengan
mengetahui peran bahasa itu sendiri dan permasalahan yang timbul maka kita
diharapkan mampu mencari solusi terhadap permasalahan yang ada seperti pendapat
para ahli mengenai asal muasal bahasa Indonesia, pembakuan bahasa, dan
kemampuan berbahasa. Karena ini merupakan permasalahan yang perlu kita kaji,
kita telahi, dan cari jalan keluarnya agar permalahan tidak terjadi
permasalahan tiada akhir.
B.
Saran
Kita sebagai penduduk
Indonesia hendaknya kita harus dapat menggunakan bahasa tersebut sesuai dengan kaedah
nya baik dari segi waktu, tempatnya, dan lainnya. Karena bahasa sebagai sarana
penghubung dalam berinteraksi dengan orang sekeliling kita.
Kapan kita
menggunakan bahasa Daerah, Indonesia, maupun Asing. Jadi keefektifan
berkomunikasi tergantung penguasaan bahasa oleh orang yang menggunakan bahasa
tersebut.