Sabtu, 04 Juni 2011

BERBICARA SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI

                                 BERBICARA SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI
M A K A L A H

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Berbicara

DOSEN PEMBIMBING : Drs.Darwis, M.Pd


 
Oleh:

UNYIL
KELAS : C.8
NIM  : 100388201025






FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)
TANJUNG PINANG
2011




KATA PENGANTAR


            Alhamdulillah, dengan segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya dan Shalawat serta salam kepada Junjungan Alam Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “ BERBICARA SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI”.
            Dengan selesainya makalah ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.      Drs.Darwis, M.Pd selaaku dosen pengajar mata kuliah Berbicara.
2.      Rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa Indonesia UMRAH Tanjungpinang Angkatan 2010-2011.
Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, untuk itulah Saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menuju kesempurnaan penulisan makalah ini.
Demikianlah makalah ini saya buat, dengan kata-kata “Tiada Gading Yang Tak Retak”, karena manusia tidak luput dari kesalahan, manusia hanya bisa berencana tetapi Allah SWT juga yang menentukan dan dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi mereka yang memerlukan. Wassalam.




                                                              
                                                                      Tanjung pinang, 24 Mei 2011


                                                                                    PENULIS 








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berbicara dan berkomunikasi merupakan suatu rangkaian aktivitas yang kita lakukan setiap hari boleh dibilang dari bagun tidur sampai tertidur lagi, bahkan dalam tidur pun sering kita berbicara. Seperti ketika kita bermimpi tak jarang kita melakukan pembicaraan dalam mimpi tersebut. Artinya berbicara merupakan hal terbesar yang dimiliki oleh manusia dalam berinteraksi sesama makhluk di muka bumi ini terutama manusia.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Sebagai jembatan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya adalah komunikasi. Komunikasi merupakan hal terpenting dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanpa berkomunikasi kita tidak akan bisa berhubungan dengan orang lain. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan benar kita harus terampil berbicara. Untuk bisa berbicara kita mesti belajar terlebih dahulu terhadap suatu bahasa tertentu. Karena bahasa merupakan dasar utama bagi seseorang untuk bisa berbicara baik secara verbal maupun nonverbal.
B.     Tujuan dan Kegunaan Makalah
1.      Tujuan Makalah
a.       Untuk mengetahui tujuan berbicara supaya efektif.
b.      Untuk mengetahui mengapa berbicara dikatakan  sebagai suatu cara berkomunikasi.
2.      Kegunaan Makalah
a.       Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester.
b.      Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi media untuk menambah dan memperluas khasanah keilmuan, terkhususnya bagi pengembangan keguruan ilmu pendidikan.


BAB II
BERBICARA SEBAGAI SUATU CARA BERKOMUNIKASI

Berkomunikasi memang sangatlah penting bagi kelangsungan hidup, terutama dalam lingkungan sosial, agar diterima di masyarakat kita harus pandai dalam hal berkomunikasi, salah satunya melalui berbicara. Berbicara merupakan bentuk komunikasi manusia yang paling esensial, yang membedakan kita sebagai suatu spesies. Tidak semua makhluk dapat berbicara, begitu juga dengan manusia, walaupun manusia mempunyai kelebihan dapat berbicara, tidak banyak manusia yang memanfaatkan kelebihan itu, banyak individu yang takut berbicara. Dalam konteks ini, takut berarti takut kalau mengatakan atau berbicara hal yang salah (tidak sesuai dengan kondisi) atau juga sebenarnya mereka mengatakan hal yang benar tetapi menyampaikan dengan cara yang salah. Hal-hal seperti itu yang membuat individu berprinsip lebih baik diam dan dianggap bodoh daripada membuka mulut tetapi ditertawakan banyak orang.
A.    Berbicara
Berbicara  adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan dan sebagai anggota masyarakat. Serta berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa. Tapi dalam pengertian berbicara yang komplek, bertujuan dan terstruktur dalam kegiatan ilmiah, maka berbicara masih sangat jarang digunakan. Tarigan (1981:15) mengatakan bahwa : “Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantis, dan linguistik yang sangat intensif.”
Jadi menurut pendapat Tarigan tersebut dapat disimpulkan bahwa berbicara berkaitan dengan suatu prilaku manusia yang berkaitan dengan fisik serta jiwa yang sehat sehingga bisa memahami makna yang terkandung dalam suatu bahasa yang sempurna.
Berbicara itu seperti bermain golf, mengendarai mobil, atau mengelola toko, semakin sering melakukannya, semakin mahir jadinya, dan semakin senang melakukannya, semua orang mempunyai kemampuan berbicara. Kemampuan tersebut dapat menjadi sebuah keahlian apabila kemampuan itu diasah dan dikembangkan. Bagi sebagian orang, berbicara tidaklah mudah. Kunci dari semua itu adalah Jujur dan terbuka, dengan kejujuran orang yang kita ajak bicara akan merasakan perasaan dan keadaan kita. Dengan sikap terbuka serta jujur mengenai latar belakang kita terhadap lawan bicara, kita tidak perlu khawatir berbicara kepada orang itu, karena kita sudah terbuka dan jujur sehingga percakapan itu memberikan kebebasan dan kita juga akan mendapatkan rasa hormat dari orang yang kita ajak bicara selanjutnya kita akan merasa nyaman dan lancar dalam berkomunikasi.
Keterampilan berbicara sangat berkaitan dengan pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan salah satu alat untuk berkomunikasi gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penyimak atau pendengar. Pembicaraan yang memiliki kemampuan menyampaikan gagasan secara efektif, sebaiknya mempunyai kemampuan berbicara dan keterampilan berbicara memadai. Arsyad (1988:17) mengatakan bahwa : “Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapakn kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan.” Jadi berdasarkan pendapat Arsyad tersebut kemampuan berbicara dapat dikuasai dengan baik, apabila memiliki kedewasaan dalam berbicara.
Kedewasaan pribadi dalam berbicara tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Powers (Tarigan, 1981:19) memiliki empat ciri yaitu dapat  menunjukkan pribadi dewasa dan terampil berbicara antara lain :
“1. Keterampilan sosial menuntut agar pembicara memperhatikan empat hal yaitu bahwa berbicara harus memperhatikan apa yang dikatakan, bagaimana mengatakan, kapan mengatakan, dan kapan tidak perlu menyampaikan sesuatu pembicara kepada penyimak.
2.      Keterampilan semantik adalah kemampuan untuk mempergunakan kata-kata dengan tepat dan penuh perhatian. Untuk memperoleh kemampuan semantik, pembicara harus memiliki pengetahuan yang luas tentang makna dan ketetapan penggunanya. Suatu pembicara akan lebih diterima penyimak apabila pembicara mengetahui tentang keterampilan semantik.
3.      Keterampilan fonetik adalah kemampuan membentuk unsur-unsur fonetik secara tepat.
4.      Keterampilan vokal adalah kemampuan untuk menciptakan efek emosional yang diinginkan dengan suara pembicara, keterampilan vokal ini berkaitan dengan kemampuan pembicara untuk berbicara dengan suara yang jelas dan tepat.”

Sebagaimana Hallim (1974:67) mengatakan bahwa :

“Keefektifan berbicara juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, lafal atau ucapan dan pola-pola intonasi serta tekanan, penguasaan tata bahasa, kosa kata, kelancaran dan kefasihan dan pemahaman. Faktor-faktor tesebut menjadi sangat efektif apabila pembicara juga memperhatikan hal-hal yang bersifat kebahasaan dan hal-hal yang berhubungan dengan non kebahasaan.”

 Arsyad, (1988:17-22) juga menyebutkan bahwa :

“Faktor kebahasaan meliputi: kejelasan dan kekuatan vocal, kelancaran pengujaran, kefasihan pengucapan, variasi gaya retorik, dan variasi intonasi, ketetapan pilihan kata (diksi). Sedangkan faktor non kebahasaan meliputi: kepaduan pembicaraan, keulesan kinesik, penguasaan bahan, ketuntasan pembicaraan, efisiensi waktu”.

Jadi menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu memerlukan suatu keterampilan untuk mencapai kedewasaan pribadi, serta  harus memiliki keefektifan berbicara supaya efektif apabila pembicara memperhatikan faktor-faktor yang bersifat kebahasaan dan hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor non kebahasaan.
Adapun fungsi berbicara dalam kehidupan yaitu:
1.      Sebagai alat melahirkan berbagai perasaan;    ungkapan kasih sayang, rasa kagum, heran, dan senang.
2.      Sebagai alat komunikasi; memperlancar pergaulan,    melahirkan gagasan, ide, kreatifitas, menambah pengetahuan dan sebagainya.
B.     Berkomunikasi
Berkomunikasi adalah hal yang penting dalam hubungan antara manusia, bahkan di masa kini, komunikasi sangat menentukan sukses tidaknya seseorang dalam segala sisi kehidupan. Rasulullah SAW adalah seorang komunikator yang handal. Seorang teladan luar biasa yang sepantasnya kita tiru. Berikut ini adalah beberapa tips yang diangkat dari teladan beliau dalam berkomunikasi seperti Rasullullah SAW adalah sosok yang fasih berbicara. Sedikit bicara namun penuh makna, mudah dimengerti, dan tidak menyinggung perasaan orang yang diajak berbicara.
Tujuan  kita  berkomunikasi  kepada  lawan  bicara  adalah  untuk  menyampaikan pesan  dan  menjalin  hubungan  sosial  (social  relationship). Dalam  penyampaian pesan  tersebut biasanya digunakan   bahasa verbal baik  lisan atau  tulis, atau non verbal  (bahasa  isyarat)  yang  dipahami  kedua  belah  pihak, pembicara  dan  lawan bicara.
  Sedangkan  tujuan  komunikasi  untuk menjalin  hubungan  sosial  dilakukan dengan  menggunakan  beberapa  strategi.  Misalnya,  dengan  menggunakan ungkapan kesopanan (politeness), ungkapan implisit (indirectness), basa-basi (lips service) dan penghalusan istilah (eufemisme). Strategi  tersebut  dilakukan  oleh  pembicara  dan  lawan  bicara  agar  proses
komunikasi  berjalan  baik  dalam  arti  pesan  tersampaikan  dengan  tanpa merusak hubungan  sosial  diantara  keduanya. 
Dengan  berlaku  demikian  setelah  proses komunikasi  selesai  antara  pembicara  dan  lawan  bicara mempunyai  kesan  yang mendalam, misalnya, kesan simpatik, sopan, ramah, dan santun. Namun demikian untuk  mencapai  dua  tujuan  komunikasi  tersebut  ternyata  tidak  mudah.  Bahkan seringkali  prinsip-prinsip  komunikasi  sering  berbenturan  dengan  prinsip-prinsip kesopanan  dalam  berbahasa. Disatu  sisi  kita  diharuskan  untuk mematuhi  prinsip komunikasi  agar  tidak  terjadi  kesalahpahaman,  tetapi  disisi  lain  kita  harus melanggar prinsip-prinsip tersebut, dengan berbasa-basi, untuk menjaga hubungan sosial.
Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
1. Pengertian Komunikasi
Menurut Kelley (1953:110) menyebutkan bahwa : ”Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).”
Sebagaimana Steiner (1964:67) mengatakan bahwa : ”Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.”
Gode (1959:98) menyebutkan bahwa : “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.”
Menurut Barnlund (1964:112) mengatakan bahwa : “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.”
Menurut Ruesch (1957:77) menyebutkan bahwa : “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.” Dan menurut Weaver (1949:123) juga mengatakan bahwa : ”Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.”
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pertama menjelaskan penyampaian stimulus hanya dalam bentuk kata-kata dan pada pengertian kedua penyampaian stimulus bisa berupa simbol-simbol tidak hanya kata-kata tetapi juga gambar, angka dan lain-lain sehingga yang disampaikan bisa lebih mewakili yaitu termasuk gagasan, emosi atau keahlian. Pengertian pertama dan kedua tidak bicara soal media atau salurannya, pengertian ke tiga dari lasswell melengkapinya dengan komponen proses komunikasi secara lebih lengkap. Pengertian ke-empat dan seterusnya memahami komunikasi dari konteks yang berbeda menghasilkan pengertian komunikasi yang menyeluruh mewakili fungsi dan karakteristik komunikasi dalam kehidupan manusia. Keenam pengertian tersebut di atas menunjukkan bahwa komunikasi mempunyai pengertian yang luas dan beragam. Masing-masing pengertian mempunyai penekanannya dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.
2. Unsur-unsur Komunikasi
a.       Komunikator/sender/pengirim
b.       Pesan
c.        Channel/saluran/media
d.       Komunikan/Penerima/Reciever
e.        Respon
C.    Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi
Berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Berbicara merupakan salah satu cara yang efektif bagi kita untuk berkomunikasi. Dengan berbicara kita bisa menyampaikan maksud dan tujuan serta buah pikiran kita dengan cepat. Namun alangkah bijaksananya jika kita memperhatikan cara berbicara maupun isi dan materi yang kita bicarakan. Jangan sampai ungkapan “Banyak Bicara Banyak Berdosa” sampai menjangkiti kita. Maksud kita hendak mengkomunikasikan sesuatu malah menjadi ajang memperpanjang daftar dosa. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian.
Menurut Junko (1984:636) mengatakan bahwa : “Berbicara merupakan suatu komunikasi yaitu, antara manusia dan manusia saling menyampaikan maksudnya satu sama lain, yang bentuknya bisa antara satu orang ke satu orang lainnya, satu orang ke banyak orang, atau pun sebaliknya.”
Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan paling penting adalah tindakan sosial, yaitu suatu tindakan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Tarigan (1981:8) menyebutkan bahwa : “Untuk menghubungkan anggota masyarakat, diperlukan komunikasi.”
Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu perbuatan-perbuatan atau  tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Menurut Brown (Tarigan, 1981:10-11) mengatakan bahwa : “Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, atau sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah suatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca.”
Menurut Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) menyebutkan bahwa: “Kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan  setiap individu maupun kelompok.”
 Menurut Supriyadi (2005:178) mengatakan bahwa: “Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi yaitu apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional.” Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu  menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
 Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Tarigan (1983:15) mengatakan bahwa: “Tujuan utama berbicara adalah sebagai suatu proses berkomunikasi sesama manusia.” Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami  makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) mengatakan bahwa: “Tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.”
Kenapa berbicara dikatakan cara dalam berkomunikasi karena berbicara lebih umum dipakai oleh orang, sedangkan berkomunikasi merupakan hal yang dikenal ketika orang berkomunikasi menggunakan alat bandu seperti pesawat telepon. Namun pada dasarnya berbicara dan berkomunikasi tujuannya sama. Cuma bedanya ketika seseorang melakukan proses berkomunikasi secara otomatis didalamnya sudah ada terjadi proses berbicara itu sendiri. Bila seseorang berbicara belum tentu disebut berkomunikasi. Contoh kecil jika seseorang mau mengatakan sesuatu baik didalam pikiran maupun hatinya, itukan sudah terjadi pembicaraan. Namun belum disebut berkomunikasi. Proses berkomunikasi terjadi bila apa yang dipikirkannya tadi tersalurkan kepada orang lain.
Pada dasarnya berbicara dan berkomunikasi ini sama-sama bermuara pada penyampaian gagasan, perasaan baik berupa verbal maupun nonverbal.  Namun berbicara terpusat pada keterampilan berbahasa sedangkan berkomunikasi berpusat pada hubungan antara pembicara dan penerima yang dilakukan secara bergantian. Kita bisa melihat tujuan dari komunikasi itu sendiri. Adapun tujuan lain komunikasi adalah untuk menjalin hubungan sosial (social relationship) antara pembicara dan lawan bicara.  Dalam hal menjalin hubungan sosial ini tujuan komunikasi  menjadi  sangat  kompleks.
Kompleksitas  ini  disebabkan  tidak  hanya oleh  faktor-faktor  linguistik  (linguistic  factors)  yang  harus  dipertimbangkan  oleh pembicara  dan  lawan  bicara,  namun  faktor-faktor  non  linguistik  (non-linguistic factors) juga memegang peranan penting. Seorang pembicara tidak cukup memilih formulasi gramatikal dan pilihan kata yang tepat untuk berbicara, tetapi aspek sosio kultural  juga  harus  menjadi  pertimbangan.  Menurut Hudson  (1980:56)  menyebutkan  bahwa: “Faktor  peran  dan  hubungan  (role  relationship),  usia  (age),  dan  stratifikasi  sosial (social  stratification)  juga  sangat  berperan  dalam  mencapai  tujuan  komunikasi untuk menjalin hubungan  sosial.”
Berdasarkan pendapat Hudson tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor peran dan hubungan  (role  relationship) antara pembicara dan  lawan bicara  menjadi  pertimbangan  penting  dalam  proses  komunikasi.  Misalnya, komunikasi  antara  seorang  bawahan  pada  atasan,  seorang  anak  pada  bapak, sesama teman akrab, semua ini menuntut strategi komunikasi yang berbeda.  Jika seorang bawahan berbicara pada atasan, dia akan memilih ungkapan yang sesuai dengan peran dia dan atasanya. Bahkan pemilihan kata saja tidak cukup, seringkali ucapan seorang bawahan  tersebut disertai dengan body  language (bahasa  tubuh) yang merepresentasikan penghormatan dia pada atasan, misalnya dengan sedikit membungkukkan  tubuhnya.  Sikap  hormat  ini merupakan  salah  satu  sikap  hidup orang Jawa De Jong(1984), terutama sikap hormat  bagi pangkat atau derajat dan bagi  orang  yang  mempunyai  kedudukan  tinggi  atau  seorang  pemimpin.  Bahkan rasa  hormat  bagi  orang  Jawa  itu  sering  sedemikian  kuat,  sehingga  seseorang dinilai menurut kedudukannya.
Faktor  usia  (age)  juga  menjadi  pertimbangan  penting  dalam  proses komunikasi. Seorang anak harus memilih kata yang  tepat untuk berbicara dengan orang  tuanya atau orang yang dia anggap  lebih  tua dari dia. Perbedaan diksi kata ini sangat  jelas, misalnya dalam bahasa Jawa. Kata mangan, dhahar, nedha pada prinsipnya  mempunyai  makna  semantis  sama,  yaitu  memasukkan  makanan kedalam  mulut.  Namun  ketiga  kata  itu  tidak  dapat  digunakan  sembarangan. Misalnya,  seorang  anak  menyuruh  bapaknya  makan  dengan  ekspresi  “Wis  pak mangan-mangano  segone  ning  meja”.  Pemakaian  kata  mangan  dalam  ekspresi mangano  sama  dengan  kata  nedha  dan  dhahar  secara  semantis. Demikian  juga secara gramatikal ungkapan itu tidak salah, namun secara pragmatis ungkapan itu kurang  tepat.  Ketidak  tepatan  pemakaian  ungkapan  itu  karena  peran  dan hubungan antar keduanya, yaitu sebagi seorang anak dan orangtua. Usia seorang anak  lebih muda  dibanding dengan usia ayahnya.   Karena perbedaan peran dan usia ini mengharuskan seorang anak menggunakan ungkapan yang tepat misalnya dhahar (krama inggil) 
Dalam  bahasa  Jawa  dikenal  tiga  stratifikasi  bahasa  yang  menunjukkan status sosial dan usia, yaitu krama inggil, krama madya, dan ngoko Geertz (1977).  Ketiga  tingkatan  bahasa  tersebut  harus  tepat  cara  pennggunaannya,  dan kekurangtepatan  dalam  penggunaannya  akan  dianggap  anak  yang  tidak  tahu tatakrama (sopan santun). Jadi standar yang dipakai bukan salah benar tetapi tepat atau tidak tepat cara pemakaian ungkapan tersebut . Faktor  stratifikasi  sosial  juga  sangat  berperan  dalam  proses  komunikasi untuk  tujuan menjalin hubungan sosial. Dalam  tradisi Jawa dikenal  tiga stratifikasi sosial  yaitu  kalangan  bangsawan,  kalangan  menengah,  dan  kalangan  bawah. Masing-masing  stratifikasi  ini mempunyai  style  (gaya bahasa)  yang berbeda  satu sama  lain.  Masing-masing  style  disepakati  bersama  cara  pemakaiannya  dalam konvensi dan norma sosial yang berlaku. Dalam bahasa Perancis, misalnya dikenal dengan pemakain kata ganti orang  (pronoun) Tu dan Vous. Wardaugh(1987). Tu digunakan  untuk  menyebut  you  (kamu)  pada  orang  yang  lebih  tua,  misalnya seorang  anak  pada  bapaknya.  Sedangkan  Vous,  digunakan  untuk  sebutan  you (kamu) untuk orang yang lebih tua pada orang lebih muda.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan Bab II maka dapat kita simpulkan Berbicara atau berkomunikasi merupakan suatu keterampilan yang mesti dimiliki dan dikuasai oleh manusia. Karena berkomunikasi ini berhubungan langsung dalam kehidupan kita sehari-hari. Tanpa komunikasi kita tidak bisa berbuat banyak dalam beraktivitas.
Secara profesional menuntut kesiapan tiga hal dalam berbicara sebagai suatu proses berkomunikasi yaitu pertama wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Setelah membaca dan membahas makalah dengan judul berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi ini, kita diharapkan mampu berkomunikasi secara efektif. baik searah maupun multi arah serta mampu menumbuh kembangkan kemampuan tersebut dalam proses belajar mengajar maupun dalam kehidupan kita sehari-hari.
B.     Saran
Tidak ada yang tidak bisa kita kuasai dan kita miliki bila kita mau belajar dan berlatih. Yang terpenting milikilah motivasi untuk maju dan berkembang. Kita pasti mampu mencapai keberhasilan yang diinginkan.
Kehadiran makalah ini mungkin sedikit mambantu anda dalam menyelesaikan permasalahan yang anda butuhkan yang berkaitan dengan berbicara sebagai suatu cara dalam berkomunikasi. Berikut beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu :
1)      Mulailah berlatih dengan disertai rasa kemauan yang kuat terhadap apa yang kita inginkan supaya kita bisa berkomunikasi dengan baik. Baik kepada siapa, kapan saja, dan dimana saja.
2)      Jangan pernah merasa malu untuk bertanya, dan jang pernah takut gagal ketika berlatih karena tidak ada keberhasilan tanpa adanya kegagalan. Milikilah rasa motivasi diri yang kuat karena dengan motivasi itu mempertandakan kita sudah mulai kearah yang kita inginkan.







DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Maidar G.1988. Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.. Jakarta: Erlangga.
Gode, Alexander.1959. What is Communication? Journal of Communication 9.
Hallim, dkk. 1974.Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hudson.1980.Faktor-faktor Komunikasi.Jakarta: Erlangga.
King, Larry. 2007.Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, Di Mana Saja: Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Manggio, Rosalie. 2005.Sukses Berbicara Dengan Siapa Saja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mustafa,Nur. 2006.Berbicara.Pekanbaru : Cendikia Insani
Steiner, Gary A. 1964.Human Behavior:An Inventory of Scientific Finding. New Yoek: Harcourt Brace Javanovich.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
___________________.1983. Berbahasa sebagai Suatu Keterampilan Berkomunikasi. Bandung: Angkasa.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Gransindo.
Yahaya, Azizi, dkk. 2005. Aplikasi Kongnitif Dalam Pendidikan. Malaysia : PTS professional Publishing Sdn. Bhd















MEMBACA LANJUT


Tugas Individu : Yang ke (satu)
Soal;
1.      Cari minimal tiga dan maksimal lima konsep/pengertian membaca dari beberapa ahli, kemudian disimpulkan menurut pendapat anda sendiri?
2.      Apakah yang dimaksud dengan tujuan membaca, jelaskan beserta contoh?
3.      Kenapa membaca disebut suatu keterampilan?
4.      Sebutkan ada berapa asfek membaca yang anda ketahui dan jelaskan satu persatu?
5.      Bagaimanakah cara mengembangkan keterampilan membaca?
Jawab:
1.      Beberapa pengertian membaca menurut para ahli;
a)      Henry Guntur Tarigan berpendapat membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
b)     Poerwodarminto berpendapat membaca adalah  melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya.
c)      Anderson berbendapat membaca adalah mengucapkan lambang-lambang bunyi.
d)     Harimurti Kridalaksana berpendapat membaca adalah menggali informasi dari teks, baik berupa tulisan maupun dari kombinasi itu semua.
e)      Soedarso berpendapat membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah meliputi orang  harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat.
*      Berdasarkan kelima pendapat ahli diatas mengenai pengertian membaca. Maka saya menyimpulkan; “membaca adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan menggunakan keterampilan sebagai alat untuk berkomunikasi baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain dengan cara mengomunikasikan makna yang terkandung atau yang tersirat pada lambang-lambang tertulis. Dapat juga dianggap sebagai suatu proses untuk memahami makna yang terkandung didalam kata-kata yang tertulis”.
2.      Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh  informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.
Nurhadi berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut;
a)  Untuk memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat.
Contohnya; ketika kita diminta mencari ide pokok dari sebuah novel ternama maka kita mesti menggunakan cara pada poin (a)
b)   Untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu.
       Contohnya; untuk mendapatkan informasi tentang macam-macam kue, maka tindakan yang dilakukan kita mesti membaca buku tentang menu resep kue. Seandainya kita mau membuat kue kita membaca buku tentang Linguistik Umum maka informasi tentang kue yang kita cari tidak akan kita dapati.
c)   Untuk mengetahui atau mengenali makna kata-kata.
      Contohnya; kita mesti membaca kamus yang berkenaan dengan kata-kata yang hendak kita cari, kalau kata-kata dalam bahasa Indonesia maka yang kita gunakan kamus bahasa Indonesia, kalau bahasa inggris kamus bahasa inggris. Jangan cari di Koran sebab tidak akan dijumpa makna kata-kata  yang hendak kita cari
d)  Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi dimasyarakat sekitar.
      Contohnya; seandainya kita ingin mengetahui tentang peristiwa yang terjadi di masyarakat maka kita mesti baca koran local yang memuat tentang masyarakat sekitar, jangan pula kita membaca majalah selebritis.
e)   Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi  seluruh dunia.
      Contohnya; misalnya kita ingin mengetahui tentang ekonomi dunia maka, kita mesti membaca surat kabar baik nasional maupun internasional
f)    Ingin mencari mrek barang yang cocok untuk dibeli.
      Contohnya; kita bisa baca dimajalah, maupun di brosur-brosur seputar barang-barang terbaru, barang yang kita butuhkan dengan melihat mrek yang kita mau serta membaca petunjuk-petunjuk yang mesti kita perhatikan sebelum kita membelinya.
g)  Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang
      Contohnya, ketika kita mendengar guru/dosen menerangkan tentang seorang pengarang pada sebuah pertemuan, maka kita bisa mencari sumber /buku yang berkenaan dengan apa yang disampaikan oleh guru/dosen
h)  Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan
      Contohnya, sewaktu kita mau cari lowongan kerja, maka kita bisa membaca surat kabar yang memuatkan tentang lowongan kerja yang kita inginkan atau pun pada papan pengumuman seperti dikantor pos dan sebagainya
i)  Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi sesuatu/istilah
      Contohnya, kita ingin mencari tentang definisi “membaca” menurut Henry Guntur Tarigan maka kita harus mendapat buku karangan beliau kemudian membaca yang berkenaan dengan membaca.
j)       Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra
Contohnya, kita ingin mengetahui sekaligus menikmati karya sastra wali kota tanjung pinang  Suryatati A.Manan maka kita bisa membaca buku-buku terbitan beliau dan seterusnya.
Henry Guntur Tarigan mengemukakan tujuan membaca sebagai berikut;
a)      Reading for details or facts.
Membaca untuk memperoleh  perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
b)     Reading for main ideas.
Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui  mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
c)      Reading for sequence or organization.
Membaca untuk mengetahui  urutan atau susunan, organisasi cerita seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.
d)     Reading for inference.
Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh seorang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang memiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal
e)      Reading to classify
Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi misalnya untuk menemukan serta mengetahui  apa-apa yang tidak bisa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar
f)       Reading to evaluate
Membaca menilai, membaca mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah seorang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seoerti cara seorang tokoh bekerja dalam cerita itu
g)      Reading to compare or contrast
Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan bagaimana seorang tokoh menyerupai pembaca.
  1. Karena membaca bukanlah sekedar proses sesederhana yang kita kirakan, namun sebuah proses yang kompleks yang menyangkut berbagai kegiatan seperti melibatakan otak, mata beserta dua puluh satu alat ucap lainnya. Maka itu membaca disebut suatu  keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Serta memerlukan tekhnik khusus yaitu berupa keterampilan khusus. Arti lain, keterampilan merupakan  suatu seni dalam membaca kita ambil contoh membaca Al Quran serta tilawahnya tanpa menggunakan seni membaca maka tidak akan berhasilah seseorang itu dalam pertandingan Musabaqoh. Ataupun yang lainnya membaca berita, misalnya itu membutuhkan keterampilan bukan sembarangan membaca ada teknik-teknik dan trik-triknya tersendiri baik dalam melapalkan kosa katanya, penekanan nada, tanda baca dan sebagainya. Untuk menjadi pembaca yang hebat mesti berlatih membaca dengan baik dan benar.
  1. Ada dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam membaca, yaitu;
1.      Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakupi;
1)      Pengenalan bentuk huruf.
      Yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia berupa huruf latin yang terdiri dari 26 huruf yang terdiri A s/d Z kemudian dibagi dua bagian vocal dan konsonan. 5 vocal 21 konsonan. Biasanya sejak seusia 4 dan 5 tahun kita sudah diperkenalkan oleh orang tua kita atau di TK, kemudian ketika masuk SD kita akan belajar lebih mendalam mengenai bentuk huruf ini. Begitu juga bentuk-bentuk huruf arab ketika kita belajar mengaji kita akan diperkenalkan bentuk-bentuk huruf dan sekaligus melafalkannya.
2)      Pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem/grafem, kata, frase pola, klause, kalimat, dan lain-lain).
Pada semester satu kita telah belajar Linguistik Umum kita telah belajar mengenai fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan lain-lain. Fonem merupakan satuan bahasa terkecil yang bersifat abstrak dan berfungsi membedakan makna. Fonem bahasa Indonesia ada 24 buah, terdiri 6 buah fonem vocal dan 18 konsonan. Baik frase, pola, klausa, kalimat dan lain-lain merupakan variable-variabel yang terdapat dalam bahasa kita yang sering kita gunakan sebagai alat komunikasi. Kesemuaan itu butuh keterampilan dalam menggunakannya. Salah satu cara untuk mengembangkannya kita mesti belajar sekecil apapun bentuknya.
3)      Pengenalan hubungan /korespondansi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
Setiap huruf dalam mengejanya/melapalkannya mempunyai cara tersendiri dan akan menghasilkan bunyi tersendiri pula barang tentu memerlukan keterampilan khusus dalam menggunakan alat ucap. Alat ucap yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa adalah bibir atas, bibir bawah, gigi atas, gigi bawah, gusi, langit-langit keras, langit-langit lunak, anak tekak, ujung lidah, depan lidah, daun lidah, tengah lidah, belakang lidah, akar lidah, faring, rongga mulut,rongga hidung, epiglottis, pita suara, pangkal tenggorokan, dan trakea. Untuk menggunakan alat ucap ini membutuhkan keterampilan yang terampil dan terlatih.
4)      Kecepatan membaca bertarap lambat.
      Kecepatan membaca  jelas mengacu pada kecepatan memahami bacaan, kecepatan membaca bertarap lambat ini maksudnya kecepan membaca tidak seimbang dengan kecepatan pemahaman terhadap apa yang dia baca,bisa jadi kecepatan membaca meningkat dramatis sementara pemahaman semakin menurun.
2.      Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapatdianggap berada pada urutan  yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup;
1)      Memahami pengertian  sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).     
2)      Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
3)      Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
4)      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Pada poin kedua no empat ini lebih menekankan pada keterampilan pemahaman yang lebih tinggi sewaktu membaca. Artinya kecepatan pemahaman harus lebih baik dari kecepatan membaca itu sendiri tentu dengan cara memperhatikan empat variabel yang menjadi dasar acuan dalam membaca.       
  1. Adapun cara untuk mengembangkan keterampilan membaca;
a.      Guru hendak menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan cara;
1)      Memperkenalkan sinonim kata-kata, antonym kata-kata, paraphrase, kata-kata yang berdasar sama
2)      Memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan, sisipan, dan akhiran
3)      Mengira-ngira atau mereka makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat
4)      Kalau perlu, menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan  mempergunakan bahasa daerah atau bahasa ibu pelajar
b.      Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat, dan sebagainya dengan cara-cara yang  telah dikemukakan diatas, disertai latihan seperlunya.
c.       Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sendirian, ungkapan, pepatah, peribahasa, dan lain-lain dalam bahasa daerah atau bahasa ibu para pelajar
d.      Guru dapat menjamin serta memastikan pemahaman para pelajar dengan berbagai cara
e.       Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar.



                                                                                Tanjung Pinang, 01 Maret 2011
                                                                      

                                                                                                    Unyil


Tugas Individu : Yang ( Kedua)
Soal;
1.      Apa yang dimaksud dengan diagnosis dan kemampuan mata?
2.      Apakah yang dimaksud dengan mengetahui posisi awal?
3.      Jelaskan kebiasaan dengan berhubungan (gerakan mata yang tidak efisien)?
4.      Bagaimanakah cara mengukur kecepatan membaca?
5.      Apa itu kesehatan mata?
6.      Apa yang dimaksud dengan meluasakan jangkauan mata dan bagaimana cara melakukannya?
Jawab;
1.      a). Yang dimaksud dengan diagnosis yaitu suatu usaha atau ikhtiar untuk  mengetahui latar belakang atau sebab-sebab timbulnya suatu masalah yang sedang dihadapi seseorang sambil mempersiapkan tindak lanjut kemungkinan pemberian bantuan/bimbingan untuk mengatasinya. Seperti untuk mengetahui posisi awal, kebiasaan yang tidak efisien, mengukur kemampuan membaca/ kecepatan membaca serta pemahaman isi bacaan.
b). Yang dimaksud dengan kemampuan mata ialah keefektifan dan keefisienan gerakan-gerakan mata, dengan latihan-latihan yang efektif dan efisien kemampuan itu dapat ditingkatkan. Jangkauan mata dapat diluaskan, sehingga daerah periferal juga dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Gerakan regressi juga dapat dikurangi, sehingga kecepatan membaca meningkat. Dengan kata lain, semua gerakan mata dimaksud dapat ditingkatkan seefektif dan seefisien mungkin, sehingga kemampuan baca meningkat semaksimalnya.
2.      Yang dimaksud dengan mengetahui posisi awal yaitu posisi yang ada atau tidaknya kebiasaan yang tidak efisien pada anda, sadar atau tidak sewaktu membaca yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca anda. Dengan mengetahui posisi awal tersebut maka kebiasaan yang tidak efisien akan dapat ditanggalkan secara efektif, karena sudah dapat dijadikan sasaran pasti dari kegiatan-kegiatan, dan kebiasaan yang efisien akan dapat dibina atau dimantapkan, melalui penjelasan-penjelasan, latihan-latihan, dan kegiatan-kegiatan dalam bab-bab berikut. Dan dengan usaha-usaha demikian, seterusnya diharapkan kemampuan membaca akan semakin meningkat dan mantap.  
3.      Kebiasaan biasanya menjadi penyebab perbedaan setiap orang pada gerakan mata yang tidak efisien. Kecepatan gerak bola mata bergantung pada kemampuan dan kelincahannya mengolah teks bacaan. Seorang pembaca cepat akan membaca teks bacaan pada satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas (membaca hanya pada unit-unit pikiran saja) tentu lebih cepat dan luas jangkauan gerak matanya. Sedangkan pembaca lambat, membaca pada kata demi kata. Perbedaan latar belakang ini juga berakibat pada kebiasaan-kebiasaan mengulang baris-baris bacaan yang telah terbaca, yang menyebabkan kelambatan dalam membaca.
4.      Cara mengukur kecepatan membaca yaitu:
Cara pertama biasanya diukur dengan berapa banyak kata yang terbaca setiap menitnya, dengan pemahaman rata-rata 50%, atau dengan kata lain berkisar antara 40-60%. Pada taraf pemahaman sekian, kecepatan membaca yang anda ukur dianggap memadai. Misalnya, ada sebuah teks bacaan terdiri dari 1.000 kata. Bila teks ini selesai anda baca dalam satu menit, maka kecepatan membaca anda adalah 1.000 kata per menit. Bila teks itu anda selesaikan dalam dua menit, maka kecepatan membaca anda 500 kata per menit. Demikian pula bila terselesaikan dalam tiga menit, maka kecepatan itu menjadi 333 kata per menit. Dan seterusnya. Mungkin dalam dua menit sepuluh detik, tiga menit tiga detik, bergantung pada kemampuan masing-masing. Selain itu ada cara yang agak rumit tetapi akurat dalam mengukur kecepatan membaca adalah sebagai berikut :
a)      Tandailah di mana anda mulai membaca (lebih mudah bila dimulai dari judul bacaan).
b)      Bacalah teks tersebut dengan kecepatan yang menurut anda memadai.
c)      Tandailah akhir anda membaca (kalimat akhir, bila bacaan itu pendek). Usahakan mencari bacaan yang berisi sekitar 1000-1500 kata saja.
d)     Catat waktu mulai anda membaca (jam …, menit …, detik …).
e)      Catat waktu berakhirnya membaca (jam …, menit …, detik …).
f)       Hitung berapa waktu yang anda perlukan (dalam detik).
g)      Hitung jumlah kata dalam teks yang dibaca (ingat, tanda-tanda baca ikut dihitung).
h)      Kalikan jumlah kata dengan bilangan 60 (1 menit = 60 detik).
Hasil perkalian ini disebut jumlah total kata. Langkah terakhir;
i)        Bagi hasil perkalian tersebut dengan jumlah waktu yang anda perlukan untuk membaca tadi, maka hasilnya adalah “jumlah kata per menit”.
Cara kedua Pada umumnya, kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dapat di baca per-meneit, dan pemahaman diukur dengan persentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan. Tetapi hasil pengukuran kedua aspek ini harus diintegrasikan agar dapat menunjukkan kemampuan membaca secara keseluruhan (integral). Oleh karena itu, rumus yang bisa dipergunakan ialah :
Untuk menghitung  jumlah kata dalam bacaan dapat dipergunakan cara sebagai berikut :
1.      Hitung jumlah kata yang terdapat dalam satu garis penuh dari pinggir kiri ke pinggir kanan pada suatu halaman bacaan. Tuliskan jumlah itu pada selembar kertas catatan. Kata yang bersambung ke baris berikut tidak perlu dihitung jumlah baris pada halaman bersangkutan dari baris pertama sampai baris terakhir. Baris yang hanya sampai separuh dari panjang baris, atau kurang, tak perlu dihitung.
2.      Kemudian, hitunglah jumlah baris pada halaman bersangkutan dari baris pertama sampai terakhir. Baris yang hanya sampai separoh dari panjang baris, atau kurang, tidak perlu dihitung.
3.      Kalikanlah jumlah kata pada (a) dan jumlah baris pada (b). Hasil perkalian ini lah jumlah kata (lebih kurang) yang terdapat dalam halaman bersangkutan. Jika bacaan itu terdiri dari beberapa halaman maka jumlah kata ialah hasil kali dari jumlah kata tiap baris, jumlah baris dan jumlah halaman.
Untuk mengukur waktu baca biasanya yang dipergunakan ialah sekon, karena membaca tidak selalu tepat dalam menit. Oleh karena itu jam yang di gunakan sebaiknya jam yang pakai dijid sampai sekon (elektronik) atau “stop watch”. Yang dimaksud dengan waktu baca adalah jumlah sekon yang dipergunakan untuk membaca seluruh bacaan hingga selesai.
Angka 60 yang ada dalam rumus tersebut dipergunakan sebagai indeks untuk mengubah waktu baca dalam sekon menjadi menit, karena kemampuan membaca umumnya dinyatakan dengan jumlah kata permenit.
Yang dimaksud dengan persentase pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia misalnya, jika ada 5 pertanyaan, dan ada jawab yang benar ada 3, maka persentase pemahaman isi adalah    
Untuk menyempurnakan rumus diatas simbol-simbol berikut dapat dipergunakan :
Kemampuan Membaca                 = KM
Jumlah Kata Per Menit                 = KPM
Jumlah Kata Dalam Sekon            = KB
Jumlah Sekon Membaca               = SM
Persentase Pemahaman Isi            = 
Rumus ;
Contoh ;
 KB = 600
SM = 120
PI = 70
Maka:
Dari kedua cara tersebut dapat kita gunakan dalam mengukur kecepata membaca kita.
5.      Kesehatan mata adalah kesehatan yang dimiliki oleh mata yang dikategori mata normal. Normal disini yaitu mampu menjalankan fungsinya, untuk mengumpulkan semua informasi yang diperlukan tentang objek yang ingin kita lihat. Informasi ini kemudian akan diteruskan dari mata kita ke otak melalui syaraf optic. Bagian otak yang bekerja adalah korteks visual, dimana informasi dianalisis untuk memungkinkan anda untuk ‘melihat’ benda-benda dalam bentuk jadinya. Jika mata yang tidak sehat mesti menggunakan alat bantu seperti kaca mata. Ada istilah 20:20 untuk mata yang dikatagori sehat. Angka 20 yang didepan menunjukkan jarak kita dengan benda yang kita lihat, yaitu 6 meter. Sedangkan angka 20 dibelakang menyatakan bahwa benda tersebut masih bias dilihat dengan jelas oleh penglihatan normal dari jarak 20 meter. Sehingga penglihataan 20:20 ini dianggap sebagai ukuran yang terbaik.
faktor penting dalam usaha meningkatkan kemampuan membaca dengan memperoleh informasi yang terbanyak dan terjelas diserap dari daerah fiksasi vokal (jangkauan penglihatan). Tetapi dari daerah periferal pun, hingga taraf tertentu, informasi juga terserap. Semua gerakan-gerakan mata berlangsung sangat cepat dan otomatis, sehingga umumnya tidak disadari, kecuali dengan memakai alat mekanis tertentu.
6.      Yang dimaksud dengan meluaskan jangkauan mata (eye span) yaitu dalam melihat unit-unit bahasa, semakin cepat pula kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya membaca unit-unit bahasa yang paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin besar sehingga menghambat kecepatan membaca. Sebaliknya, jika yang dibaca itu hanya unit-unit bahasa yang lebih besar, misalnya frase, frase kompleks, klausa, atau bahkan hanya unit-unit pikiran saja, maka kecepatan membaca akan berlipat ganda. Hal tersebut tidak mengganggu pemahaman sebab semakin luas unit-unit bahasa yang dibaca, kesatuan ide atau gagasan itu akan semakin tampak jelas dan cepat. Ini berbeda bila kita membaca kata per kata.
Cara melakukannya yaitu kita harus melihat makna kata satu per satu, lalu melihat unit-unit kesatuan maknanya yang lebih luas.

                                                                                   Tanjung Pinang, 10 Maret 2011
                                                                      

                                                                                                      Unyil

Tugas individu : pertemuan ketiga
Soal :
1.      Jelaskan dari konsep membaca ekstensif, intensif, teliti, dan pemahaman?
2.      Kapankah dilakukan kegiatan membaca ekstensif, intensif, teliti, dan pemahaman?
3.      Keterampilan apa saja yang dituntut pada membaca dalam hati?
Jawab :
1.      a.  Membaca ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Membaca ekstensif ini terbagi 3 menurut Broughton cs (1978 : 92)
1)         Membaca survei (survey reading)
Sebelum kita mulai membaca sebaiknya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yg akan kita telaah. Kita mesurvei bahan bacaan yg akan dipelajari degan cara :
a.       Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku.
b.      Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan.
c.       Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan sangat penting.
2)         Membaca sekilas ( skimming )
Membaca sekilas adalah jenis membaca membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan.
Tujuan  utama dalam membaca sekilas adalah (alber[et al]1961a:30)
a.       Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku/artikel, tulisan singkat.
b.      Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
c.       Untuk menemukan/ menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
3)         Membaca dangkal
membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan diwatu senggang. Misalnya cerpen, novel.
Demikianlah uraian singkat tiga jenis membaca yg tedapat dlm membaca ekstensif. Pada membaca ekstensif ini minat/ perhatian kita terarah pada pemahaman keseluruhan.
b.      Membaca intensif
Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti dan penanganan terperinci yang di laksakan didalam kelas terhadap tugas yang pendek berkisar dua sampai empat halaman setiap hari.
Yang termasuk teknik membaca intensif adalah :
1. Kuesioner
2. Latihan pola-pola  kalimat
3. Latihan kosa kata
4. Telaah kata-kata
5. Dikte dan diskusi umum
Yang termasuk kedalam kelompok membaca intensif adalah :
a)      Membaca telaah isi
Membaca dengan menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan.
b)      Membaca telaah bahasa
Membaca telah bahasa mencakup membaca bahasa (asing) dan membaca sastra (literary reading)
c.       Membaca teliti
Kita perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang kita sukai. Membaca teiti membutuhkan keterampilan
a)      Survei yang cepat untuk melihat organisasi dan pendekatan umum.
b)      Membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf- paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting
c)      Penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan/ artikel
bagian-bagian dari membaca teliti :
1.      Membaca paragraf dengan pengertian
Cara untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu paragraf anatara lain :
a.       Dengan mengemukakan alasa-alasan.
b.      Dengan mengutarakan perincian-perincian.
c.       Dengan mengetengahkan  satu atau lebih contoh
d.      Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan dua hal.
2.      Membaca pilihan yang lebih panjang
3.      Membuat catatan
a.       Mengenai bacaan
b.      Menandai buku
4.      Menelaah tugas
a.       Survey (penelitian pendahuluan)
b.      Question ( tannya)
c.       Read (baca)
d.      Recite (ceritakan lah kembali dengan kata-kata sendiri)
e.       Review (tinjau kembali)
d.      Membaca pemahaman
Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami.
1.      Standar-standar  norma-norma kesastraan
   Para penulis kreatif dalam bidang fiksi, drama, puisi, biografi, otobiografi, dan sebagainya memiliki beberapa pengalaman hidup yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pengarang ingin agar kita merasakan apa yang telah dirasakan mengenai emosi kemanusiaan sejati, dia ingin kita memahami kekuatan fakta.
   Perlu diketahui bahwa tadak semua aspek seni sastra kreatif tersebut muncul dan kelihatan pada setiap penggal karya sastra. Tipe-tipe tertentu, maksud-maksud tertentu, media-media tertentu, menurut pilihan kata-kata tertentu, untuk mencapai efek-efek khusus.
2.      Resensi kritis
Seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis mengenai fiksi/ non fiksi hal itu dapat dibaca dalam 4 keunggulan
a)   Mengetengahkan kometar-komentar mengenai kesegeraan eksposisi/ cerita, memberikan  pertimbangan serta penilaian mengenai betapa baiknya tugas itu dipandang dari segi maksud dan tujuan pengarang.
b)   Mengutarakan komenatr-komentar mengenai gaya, bentuk, serta manfaat kesastraan umum bagian tersebut
c)   Memberikan suatu rangkuman pandangan, pendirian
d)  Mengemukakan fakta-fakta untuk menunjang pertimbangan dan penilain serta analisis isi dengan jalan mengutip dari bahan, buku/artikel
3.      Drama tulis
Ada 2 cara untuk menikmati sandiwara/drama
a)      Pada tingkat aksi primatif , dimana hati penonton bergetar karena ketegangan, kekejaman sehingga menimbulkan keinginan besar untuk melihat yang terjadi, yang diperankan. Pada tingkatan ini media visual seperti komik-strip, gambar hidup, film televisi memang lebih mudah dari pada membaca.
b)      Tingkatan individual yang bersifat interpretatif dimana pembaca dapat menarik kesimpulan, menvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat serta mengadakan interpretasi-interpretasi kala membaca.
2.      a. Membaca ekstensif :
Kita akan mengunakan membaca ekstensif ketika kita ingin memperoleh informasi yang banyak namun waktu kita sedikit, misalnya ketika kita mencari bahan di perpustakaan yang berkenaan dengan teknik-teknik membaca dari beberapa sumber maka kita akan melakukan beberapa langkah seperti ; dengan membaca survei atau pun membaca lompat, membaca sekilas terhadap apa yang kita cari.
b.      Membaca intensif :
Membaca intensif biasa digunakan keteka kita ingin memahami secara terperinci terhadap suatu bahan bacaan, misalnya ketika  menjawab soal-soal yang menganalisa kasus yang dimuat dalam bentuk paragraf.
c.       Membaca teliti :
Membaca teliti ini ketika kita mencari hubungan antara kata satu dengan kata yang lainnya, atau antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya. Contohnya ketika kita membuat kesimpulan dari suatu bacaan, atau ketika kita mencari ide pokok dalam suatu paragraf.
d.      Membaca pemahaman :
Membaca pemahaman ini kita dituntut untuk lebih memahami terhadap apa yang kita baca. Contohnya, sewaktu membuat resensi kritis, drama tulis, pola-pola fiksi
3. Keterampilan komunikasi tulisan, keterampilam mengubah wujud tulisan menjadi wujud makna, keterampilan menangkap pokok-pokok pikiran dari bahan bacaan dan keterampilan mengerti serta memahami segala yang tersirat  dalam bahan bacaan. Adapun keterampilannya sebagai berikut :
a.       membaca tanpa bersuara, tampa gerakan-gerakan bibir, tampa berbisik.
b.      Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.
c.       Membaca lebih cepat secara dalam hati ketimbang secara bersuara
d.      Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.
e.       Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati.
f.       Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar.
g.      Kecepatan mata dalam membaca tiga kata perdetik
h.      Membaca dengan pemahaman yang baik.
i.        Menikmati bahan bacaan yang di baca dalam hati
j.        Membaca tanpa gerakan bibir, tanpa komat-kamit.
k.      Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat keseukaran yang terdapat bahan bacaan.
l.        Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi
( Barbe and Abbott 1975 : 156-167)


                                                            Tanjung Pinang, 17 Maret 2011
                                                                                          

                                                                            Unyil

Tugas individu : pertemuan keempat.
Soal ;
1.      Pengertian dari paragraf?
2.      Dimanakah cara menemukan pikiran pokok dan pikirann jabaran pada suatu teks bacaan?
3.      Sebutkan ciri-ciri dari paragraf narasi, deskripsi, argumentasi dan eksposisi?
4.      Apa itu SQ3R dan bagaimana cara penerapannya dalam membaca?
Jawab ;
1.       
Paragraf adalah satuan pengembangan terkecil dari suatu karangan atau pun bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada barispertama masuk kedalam (geser kesebelah kanan) beberapa ketentuan atau sepasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf berikutnya.
@ Syarat sebuah paragraf
Disetiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
a.       Kalimat pokok
Kalimat pokok biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat penjelas.
b.      Kalimat penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
2.      Cara menemukan pikiran pokok pada suatu teks bacaan;
@ Bacalah judul dan pendahukuan atau paragraf pendahuluan teks bersangkutan dengan cepat dan teliti, dan berdasarkan bacaan  selanjutnya rumuskan pikiran pokok yang diduga pada uraian dalam batang tubuh teks yang bersangkutan.
@ Untuk membuktikan benar tidaknya dugaan di atas, dengan teknik baca layap, bacalah  dengan cepat paragraf-paragraf dari teks itu. Bacalah kalimat-kalimat topiknya saja. Jika ada sub-sub judul, bacalah setiap subjudul dan hubungkan dengan pikiran pokok  yang kita duga. Sub-subjudul tersebut dapat juga membuktikan  benar tidaknya dugaan kita. Dan pada paragraf penutup juga kita baca layap untuk memperkuat pembuktian kita.
@ Jika dugaan kita benar, setelah membaca layat paragraf-paragraf dan/atau sub-subjudul batang tubuh yang dimaksud diatas, maka kita telah mengetahui pikiran pokok teks bersangkutan,
@ Jika teks bacaan mempunyai abstrak, sebagaimana dikemukakan pada dua poin diatas, maka pikiran pokok dapat juga anda ketahui dengan membaca abstrak tersebut dengan cepat.
Cara menemukan pikiran jabaran pada sebuah teks bacaan
@ Bacalah paragraf-paragraf batang tubuh dengan mempergunakan teknik-teknik membaca paragraf.
@ Dalam membaca paragraf-paragraf dimaksud, perhatikan selalu hubungan sebab-akibat,hubungan waktu dan tempat, hubungan masalah dan penyelesaiannya.
@ Usahakan mengingat pikiran pokok yang ada dalam setiap paragraf dan memahami hubungan antara satu pikiran pokok dan pikiran pokok lainnya.
3.      Ciri-ciri paragraf narasi, deskripsi, argumentasi, dan eksposisi antara lain :
F Ciri-ciri paragraf narasi yaitu :
Paragraf dikatakan berbentuk narasi, jika didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa yang disajikan secara kronologis, contohnya otobiografi, cerpen, novel, dan keadaan atau kejadian-kejadian yang pada umumnya dilukiskan sehidup-hidupnya sehingga pembaca merasa seakan-akan menyaksikan sendiri keadan atau kejadian-kejadian itu.
F Ciri-ciri paragraf deskripsi yaitu :
Paragraf berbentuk deskripsi dapat dibandingkan dengan suatu lukisan yang indah dan hidup. Contohnya cerpen dan novel.
F Ciri-ciri paragraf argumentasi yaitu :
Paragraf yang berbentuk argumentasi pada umumnya bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapat atau sikap pengarang tentang suatu hal. Untuk tujuan itu, pengarang biasanya mengemukakan fakta-fakta , analisis fakta-fakta itu dan kesimpulan berdasarkan analisis tersebut. Semuanya ini adalah merupakan argumentasi yang dipergunakan oleh pengarang untuk meyakinkan pembaca. Contohnya artikel-artikel dan paragaraf-paragraf lainnya yang bersipat ilmiah pada umumnya
F Ciri-ciri paragraf eksposisi yaitu :
Suatu paragraf yang berbentuk eksposisi biasanya berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, agama, politik, keuangan, kesehatan, keluarga, olahraga, ilmu dan teknologi, kesusastraan, hukum, dan lain-lain.
4.      SQ3R merupakan suatu metode membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Karena metode SQ3R mempunyai  strategi yang tepat, cepat, dan memperoleh hasil yang baik ketika membaca suatu bacaan.
 Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R mencakup lima langkah atau cara sebagai berikut ini.
1. Survei (penelaahan pendahuluan),
2. Question (bertanya),
3. Read (baca),
4. Recite (mengutarakan kembali),
5. Review (mengulang kembali).
C  Adapun cara penerapannya dalam membaca sebagai berikut :
a.      Langkah 1 : Survey
Jika kita membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama kita lakukan? Apakah kita langsung membaca buku tersebut?
Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk mengenal keseluruhan anatomi buku./pengetahuan tentang bagian – bagian tubuh Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak.
Anatomi buku meliputi :
a)      bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel, dan daftar gambar (jika ada), barangkali juga halaman yang berisi persetujuan yang berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi.
b)      bagian isi buku, yang menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku.
c)      bagian akhir buku, yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.
Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi, kemenarikan, dan kemanfaatannya. Buku yang baik (bersifat ilmiah) hendaknya mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku tidak langsung masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah kita juga melakukan hal-hal yang sama sebelum membaca?
b.      Langkah 2 : Question
Pada saat kita menghadapi sebuah bacaan, pernahkah kita mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan? Pertanyaan-pertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif. Kita tidak hanya mengikuti apa saja yang dikatakan pengarang. Kita boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
c.       Langkah 3 : Read
Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita mulai melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, kita dapat membaca dengan dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca kita pada bagian-bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca kita relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri sangatlah penting.
d.      Langkah 4 : Recite
Setiap kita selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi bagian yang sulit itu. Catatan-catatan tersebut akan membantu kita untuk mengingat apa yang sudah dibaca agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah kita baca.
e.       Langkah 5 : Review
Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal penting yang telah kita baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya. Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih efektif dan efisien serta memungkinkan memberi hasil yang maksimal.


  
     Tanjung Pinang, 24  Maret 2011


                          Unyil 


Tugas individu : pertemuan kelima.
Soal ;
1.      Sebutkanlah pengertian dari artikel?
2.      Apa sajakah yang perlu dipahami dari artikel?
3.      Sebutkanlah jenis-jenis dan struktur buku serta teknik membacanya?
Jawab ;
1.      Pengertian dari artikel adalah suatu karya tulis yang lengkap atau sebuah karangan/prosa yang dimuat dalam media massa yang membahas isu tertentu, persoalan, atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas, logis, tuntas, obyektif, cermat, jelas dan padat serta dapat berupa karangan non fiksi dan karangan yang tak tentu panjangnya yang bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Sarana penyampaiannya dapat berupa surat kabar, majalah, laporan, berita dan sebagainya.
2.      Yang perlu dipahami dari artikel yaitu :
a.       Menemukan pikiran pokok
Untuk menemukan pikiran pokok suatu artikel, langkah-langkah  berikut dapat diikuti :
*      Bacalah judul dan pendahuluan atau paragraf pendahuluan artikel  bersangkutan dengan cepat dan teliti, dan berdasarkan bacaan ini  rumuskanlah (sebaiknya tuliskan) pikiran pokok yang anda duga akan diuraikan dalam batang tubuh artikel itu.
*      Untuk membuktikan benar tidaknya dugaan di atas, dengan teknik baca layap, bacalah  dengan cepat paragraf-paragraf berikut dari artikel itu. Bacalah hanya kalimat-kalimat topiknya saja. Jika ada sub-sub judul, bacalah tiap subjudul dan hubungkan dengan pikiran pokok  yang anda duga. Mungkin sub-subjudul tersebut dapat juga membuktikan  benar tidaknya dugaan anda. Penutup atau paragraf penutup perlu juga anda baca layap untuk memperkuat pembuktian kita.
*      Jika dugaan anda benar, setelah membaca layap paragraf-paragraf dan/atau sub-subjudul batang tubuh yang dimaksud diatas, maka anda  telah mengetahui pikiran pokok artikel bersangkutan.
*      Jika artikel bersangkutan mempunyai abstrak, sebagaimana dikemukakan pada dua poin diatas, maka pikiran pokok dapat juga anda ketahui dengan membaca abstrak tersebut dengan cepat.
b.      Memahami Pikiran Jabaran
Dalam memahami pikiran jabaran atau uraian pikiran pokok artikel, hal-hal berikut dapat dilakukan:
*      Bacalah paragraf-paragraf batang tubuh dengan mempergunakan teknik-teknik membaca paragraf.
*      Dalam membaca paragraf-paragraf dimaksud, perhatikan selalu hubungan sebab-akibat, hubungan waktu dan tempat, hubungan masalah dan penyelesaiannya, peranan tokoh-tokoh (pesona-pesona) jika ada, dan angka-angka penting.
*      Usahakan mengingat pikiran pokok yang ada dalam setiap paragraf dan memahami hubungan antara satu pikiran pokok dan pikiran pokok lainnya. Tokoh-tokoh, waktu, tempat, dan angka-angka yang penting, jika ada, juga perlu diingat.
c.       Pemahaman Keseluruhan
Keseluruhan artikel telah dipahami, jika pikiran pokok dan pikiran-pikiran jabaran serta jalinan hubungan antara semua pikiran itu telah dipahami. Tercapainya pemahaman keseluruhan ini biasanya dapat dirasakan oleh pembaca, dan dapat dibuktikannya dengan mencoba merumuskan pengertian keseluruhan dimaksud dengan kata-kata sendiri dalam satu atau beberapa kalimat tugas.
d.      Pemantapan Pengertian
Dengan tercapainya pemahaman keseluruhan artikel tersebut maka dimantapkan pengertiannya.
3.      Jenis-jenis buku dan struktur buku serta teknik membacanya antara lain :
*      Jenis-Jenis Buku dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu fiksi dan nonfiksi. Fiksi ialah karangan yang isinya bersifat khayal (imaginative) yaitu tidak merupakan kenyataan yang sebenarnya, walaupun menggambarkan berbagai segi kehidupan, atau didasarkan pada peristiwa-peristiwa kehidupan yang sesungguhnya. Contohnya pada novel, cerpen dan drama. Sedangkan nonfiksi ialah karangan yang isinya bukan khayalan, melainkan kenyataan yang sesungguhnya. Contohnya pada buku ilmu pengetahuan seperti buku fisika, kimia, biologi, psikologi, dan ada pula buku-buku mengenai teknologi, hukum, politik, agama, sejarah, biografi dan otobiografi, kritik, propaganda, matematik dan lain-lain.
*      Struktur Buku terdiri dari bagian-bagian, besarnya jumlah bagian-bagian itu tergantung pada luas sempitnya ruang lingkup pokok bahasan, intensitas, dan ekstensitas pembahasannya. Jika ruang lingkup pokok bahasan yang dimaksud itu luas, maka jumlah bagian-bagian buku itu biasanya akan banyak. Jumlah ini akan lebih banyak lagi, jika pokok bahasan intensif (mendalam) dan ekstensif (meluas). Sebaliknya, jika jumlah ruang lingkup pokok bahasan buku itu sempit maka bagian-bagian itu lebih sedikit, apalagi kalau pembahasan kurang intensif dan ekstensif.
*      Teknik Membaca Buku terdiri dari dua bagian antara lain :
a.       Membaca Untuk Informasi Tertentu
Sebuah buku nonfiksi, terutama buku teks, tidak selalu harus dibaca seluruhnya, tetapi dapat juga dibaca hanya untuk menemukan informasi tertentu. Informasi tertentu yang dimaksud, pada umumnya ada tiga macam yaitu :
1.      Isi umum buku,
2.      Isi bab atau seksi tertentu, dan
3.      Penjelasan tertentu tentang sesuatu (istilah, definisi, dan lain-lain).
b.      Membaca Untuk Studi
Membaca untuk studi masih berbeda dari membaca untuk sekadar menemukan informasi tertentu, walaupun membaca untuk menemukan informasi tertentu juga perlu untuk studi. Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok maupun pikiran-pikiran jabaran, sehingga pemahaman yang komprehensif (mendalam dan padat) tentang isi buku tercapai. Untuk tujuan ini, pembaca efisien dan efektif perlu mengadakan persiapan tertentu dan mengetahui metode-metode yang efisien dan efektif.

                     
                                                                  Tanjung Pinang, 28  Maret 2011


                                                                                       Unyil
                                                       


Tugas individu : pertemuan keenam.
Soal ;
1.      Apa saja yang mencakup jenis-jenis isi, struktur isi, dan tempat isi (membaca surat kabar) ?
2.      Apa arti fleksibilitas membaca?
3.      Apa itu kondisi baca dan keterbacaan ?
4.      Sebutkan langkah-langkah membaca surat kabar?
Jawab ;
1.      Yang mencakup jenis-jenis isi pada surat kabar antara lain :
*      Berita
Adalah laporan yang benar pada waktunya tentang sesuatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, tentang sesuatu pendapat atau pikiran baru, atau tentang apa saja yang merupakan fakta yang menarik serta perlu bagi pembaca umumnya.
*      Opini
Adalah pandangan (pendapat) surat kabar (redaksi) atau penulis tertentu tentang sesuatu peristiwa, pikiran atau pandangan yang terjadi atau hidup dalam masyarakat.
*      Iklan
Adalah informasi yang bersifat komersial.
*      Pemberitahuan
Adalah informasi yang berupa pengumuman tentang sesuatu peristiwa atau hal, seperti perkawinan, kematian, lelang dan lain-lain.
*      Fiksi
Adalah cerpen, novel, atau cerita komik, yang umumnya disajikan secara bersambung.
Yang mencakup struktur isi pada surat kabar antara lain :
*      Struktur Berita
Struktur berita ini terdiri dari dua aspek yaitu :
a.       Paragraf-paragraf pendahuluan adalah bagian terpenting atau isi pokok dari berita itu. Jika pendahuluan ini terdiri dari beberapa paragraf, isi pokok dimaksud kadang-kadang sudah ada pada dua atau tiga paragraf. Paragraf-paragraf selanjutnya dari berita itu pada dasarnya hanya berisi informasi-informasi jabaran.
b.      Pendahuluan itu umumnya sudah mengandung informasi-informasi yang dapat menjawab secara umum lima pertanyaan pokok yang merupakan isi khas suatu berita yaitu siapa, apa, apabila, di mana, dan mengapa (Who, What, When, Where, Why). Dengan kata lain, dalam pendahuluan itu sudah terdapat fakta-fakta tentang siapa (termasuk yang bukan manusia) yang berbuat atau yang terlihat dalam sesuatu peristiwa, apa yang diperbuat atau yang terjadi, apabila diperbuat atau terjadi dan di mana, serta mengapa diperbuat atau terjadi. Disamping itu, kadang-kadang ada pertanyaan tentang bagaimana (How) sesuatu itu diperbuat atau terjadi.
*      Struktur Opini
Struktur opini pada umumnya sama dengan struktur yang terdapat dalam karangan-karangan.
*      Struktur Iklan
Struktur iklan terdapat pada judul yang menarik hati dengan mempergunakan teknik tipografis (cetakan) khusus. Dan susunan informasi-informasi (barang-barang dan lain-lain) yang diinformasikan disusun secara alfabetis (menurut susunan abjad) serta dilengkapi dengan alamat, harga, dan lain-lain, yang terpenting dapat disajikan dengan singkat.
*      Struktur Pemberitahuan
Struktur pemberitahuan atau pengumuman biasanya dibuat jelas dengan mempergunakan teknik tipografis khusus (biasanya dibuat di dalam persegi empat) dan dengan judul yang jelas kelihatan serta selalu mengandung isi pokok pemberitahuan.
*      Struktur Fiksi
Struktur fiksi berkenaan dengan cerita komik sudah tentu lain dari cerpen dan novel, hal ini dikarenakan  komik bukanlah merupakan bacaan yang biasa, dalam arti bahwa bahasa tulisnya hanya terbatas dan sederhana.
Yang mencakup tempat isi pada surat kabar antara lain :
*      Berita-berita terpenting pada umumnya ditempatkan pada halaman depan (halaman satu).
*      Opini seperti tajuk rencana, karangan khusus dan surat pembaca tidak biasa ditempatkan pada halaman depan, melainkan pada halaman lain (pada Kompas, misalnya pada halaman empat, pada Sinar Harapan pada halaman enam).
*      Iklan-iklan pada umumnya terdapat pada dua halaman terakhir surat kabar. Dalam surat-surat luar negeri, terutama di negara-negara Barat, iklan sering mengambil tempat yang dapat dikatakan hamper sama luasnya dengan tempat untuk berita, opini, dan lain-lain.
*      Pemberitahuan dan fiksi pada umumnya terdapat pada dua halaman terakhir surat kabar.
2.      Arti dari fleksibilitas membaca adalah suatu kemampuan untuk menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca. Pembaca yang efisien dan efektif harus memiliki fleksibilitas membaca yang baik dengan dapat mengatur kecepatan, menentukan teknik, metode dan gaya membaca sesuai dengan semua faktor yang berkaitan dengan bacaan yaitu tujuan membaca, informasi fokus, dan materi bacaan.
3.      Kondisi Baca dan Keterbacaan
*      Kondisi baca terdiri atas tiga bagian yaitu :
a.       Tujuan Membaca
Tujuan umum membaca dapat dibagi atas tiga jenis antara lain :
1)      Membaca untuk studi ialah membaca untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah studi, yang pada akhirnya akan memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu atau disiplin yang dituntut.
2)      Membaca untuk usaha ialah membaca untuk menemukan dan memahami berbagai informasi yang berkaitan dengan usaha yang dilaksanakan seperti pekerjaan kantor, kegiatan perusahaan atau dagang, organisasi, pendidikan, rumah tangga, dan lain-lain.
3)      Membaca untuk kesenangan ialah membaca untuk mengisi waktu senggang dan memuaskan perasaan serta imajinasi seperti novel, cerpen, artikel ringan dan surat kabar.
b.      Informasi Fokus dapat dibagi atas tiga jenis antara lain :
1)      Dalam membaca untuk studi, yang menjadi informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran jabaran.
2)      Dalam membaca untuk usaha umumnya, informasi fokus adalah kedua jenis pikiran yaitu pikiran pokok dan pikiran jabaran.
3)      Dalam membaca untuk kesenangan, informasi fokus pada umumnya ialah isi bacaan secara umum.
c.       Materi bacaan dapat dibagi atas tiga jenis antara lain :
1)      Materi bacaan untuk studi pada umumnya adalah bahan-bahan yang berupa nonfiksi yang terdiri dari berbagai-bagai jenis. Fiksi juga dijadikan materi bacaan untuk studi, jika bidang disiplin bersangkutan adalah kesusastraan.
2)      Materi bacaan untuk usaha pada umumnya adalah surat-surat, dokumen-dokumen, buku-buku, majalah-majalah, surat-surat kabar dan lain-lain, yang berkaitan dengan dunia usaha.
3)      Materi bacaan untuk kesenangan pada umumnya adalah novel, cerpen, artikel ringan dan surat kabar.
*      Keterbacaan adalah sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukarannya. Jika bacaan terlalu sukar, maka pembaca terpaksa membacanya dengan lambat, atau bahkan berulang-ulang, agar dapat mengerti. Dalam keadaan ini, pembaca mungkin sekali tidak sabar, atau bahkan menjadi frustasi, sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, bacaan yang terlalu mudah akan membuat pembaca bosan, karena tidak mengandung tantangan bagi kemampuannya.
4.      Langkah-Langkah Membaca Surat Kabar antara lain :
*      Pembaca perlu lebih dahulu mengetahui dengan baik jenis-jenis isi. Pengetahuan itu sangat perlu, karena tanpa itu pembaca tidak akan dapat menentukan informasi fokus dengan tepat. Apakah dia hendak mengetahui isi berita, opini, iklan, atau lain-lain, akan kurang jelas dalam pikirannya. Selanjutnya, tanpa pengetahuan itu, dia tidak akan mengetahui dengan jelas apakah yang sedang dibacanya berita atau opini, atau lain-lain.
*      Setelah mengetahui jenis-jenis isi tersebut, pembaca sangat perlu mengetahui struktur isi, khususnya struktur berita. Dalam membaca berita, informasi fokus bagi pembaca ialah jawaban kelima pertanyaan pokok : Siapa ? Apabila ? Di mana ? dan Mengapa ? Dan bila ada juga  Bagaimana ?. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini, pada umumnya terdapat dalam paragraf atau paragraf-paragraf permulaan. Inilah yang paling utama harus dibaca oleh pembaca dengan baik. Pembaca membaca paragraf-paragraf selanjutnya hanya jika perlu mengetahui informasi-informasi jabaran atau tambahan. Dengan demikian, waktu pembaca terhemat, dan dia telah membaca dengan efisien dan efektif.
*      Akhirnya untuk lebih meningkatkan efisiensi membaca, pembaca perlu mengetahui dengan pasti tempat setiap jenis isi pada halaman-halaman surat kabar yang dilanggani atau dibacanya.  Demikian juga, dia perlu mengetahui dengan pasti pengaturan persambungan isi dalam surat kabar tersebut. Dalam hubungan ini, pada umumnya lebih efisien meneruskan membaca sambungan setelah selesai membaca semua yang perlu pada halaman bersangkutan. Misalnya, jika suatu berita dibaca pada halaman satu, dan berita itu bersambung ke halaman sembilan, lebih baik jika dibaca dulu semua berita yang perlu pada halaman satu itu, baru kemudian diteruskan membaca sambungan berita yang pertama tadi. Dengan demikian, pembaca tidak perlu menghabiskan waktu untuk membalik-balik halaman kembali.

        Tanjung Pinang, 05 April 2011

   
                                                                                         Unyil