Minggu, 05 Juni 2011

MEMAHAMI DAN MENGHARGAI PERIBAHASA


 
Nama                           : Unyil
Nim                             : 100388201025
Kelas                           : C.8
Mata Kuliah                : Membaca Lanjut
Semester                      : II (dua)
Program Study            : Bahasa Indonesia
Dosen Mata Kuliah     : Erwin Pohan,S.Pd,M.Pd




ARTIKEL 3:
1.      Pendahulan
Peribahasa merupakan hasil sastra Indonesia lama yang masih sering kita temui samapai sekarang tidak seperti halnya mantra, syair dan gurindam. Masing-masing bangsa pasti mempunyai peribahasa seperti bahasa Inggris dikenal dengan Proverb, bahasa Belanda dikenal Spreekwoord dan bahasa Arab dikenal Matsal.
Kedudukan peribahasa sangat penting. Karena, kita bisa mengenal watak suatu bangsa bisa melalui peribahasanya.
2.      Kedudukan dan Peranan Peribahasa
Peribahasa sering dipakai dan dijadikan bahan pidato sewaktu upacara adat, nasehat-menasehati. Sering kita mendengar “Bila guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari” peribahasa seperti ini melampiaskan tidak-tanduk seorang guru akan diikuti oleh muridnya. Bila gurunya kerjanya ugal-ugalan, maka muridnya akan lebih dari itu. Maka hati-hatilah bila telah menjadi guru nanti.
Peribahasa bukan hanya sekedar mutiara bangsa, bunga bangsa, tetapi juga suatu kalimat yang mimiliki pengertian yang dalam dan luas. Disampaikan dengan cara yang halus berupa kiasan. Peribahasa memiliki nilai yang universal. Artinya berlakubagi semua orang dan sepanjang zaman. Seperti peribahasa “ Adakah dari telaga yang keruh mengalir air yang jernih”.
Peribahasa diartikan atau ditapsirkan, seperti: perkataan dan perbuatan yang jahat itu biasanya berasal dari orang yang jahat, sebaliknya perkataan yang halus dan budi pekerti yang mulia atau orang yang baik.
Peribahasa dapat juga diartikan kebiasaan atau perumpamaan yang tepat, halus, dan jelas. Serta mempunyai kedudukan penting. Peribahasa dijadikan sebagai nasehat, baik berupa sindiran maupun pujian. Dikenal juga sebagai bahasa diplomasi.
a.      Nasehat
Peribahasa sebagai nasehat.
Contohnya:
i.        “ kalah jadi abu, menang jadi arang”
Nasehat ini ditujukan kepada orang yang sedang bersengketa supaya berdamai.
ii.      “ ketika ada jangan dimakan, telah habis maka dimakan”
Nasehat ini ditujukan kepada orang yang boros agar menjadi hemat. Dengan maksud selagi ada penghasilan, uang yang disimpan jangan di belanjakan, apabila tidak berpenghasilan baru uang yang disimpan digunakan.
b.      Sindiran atau cacian halus
 Hal Nasehat yang berupa sindiran biasanya orang menggunakan peribahasa yang khusus hal ini bertujuan agar perkataan yang keluar tidak terdengar kasar dan tajam.
Contohnya;
i.        Nasehat kepada orang yang tidak tetap pendiriannya,” bagaikan air didaun talas.
ii.      Nasehat kepada orang yang sombong, berilmu namun congkak. “ tongkosong nyaring bunyinya”.
c.       Pujian
Pujian yang disampaikan dengan peribahasa, terasa enak bila didengar, halus, soapan serta menyenangkan hati.
Contoh: “ Bagaikan Aur dengan Tebing” pujian buat orang yang bersahabat karib.
“ Bagaikan Pinang dibelah Dua” pujian kepada pasangan yang serasi.

d.      Bahasa Diplomasi
Diplomasi maksudnya, bahasa yang indah, kalimat yang singkat, tepat serta dalam maknanya yang disampaikan secara kiasan.
Contohnya : dalam pidato adat pada upacara perkawinan dan lain-lain.
Nasehat kepada mempelai laki-laki “ jangan digenggam bagai bara, terasa hangat dilepaskan”. Artinya jangan memakai sesuatu hanya ketika senangnya saja, bila dating kesusahan tidak mau.
3.      Mengenali sifat dan watak melalui peribahasa
Peribahasa dapat melambangkan watak dan sifat suatu bangsa. Sifat yang tercermin dalam peribahasa. Seperti;sifat hemat, tidak membuang-buang waktu dengan percuma. Yang kita kenal “ bergalah (berkayuh), hilir tertawa buaya, bersuluh dibulan terang tertawa harimau.
Demikian pula watak suatu bangsa dapat dilihat dalam peribahasa. Lagak Padang, Omong Betawi, Tipu Aceh.
4.      Menerjemahkan Peribahasa
Peribahasa yang bersifak khusus di artikan peribahasa yang menggambarkan sifat atau watak khusus suatu golongan masyarakat. Peribahasa yang bersifat universal berlaku untuk umum semua orang dan segala zaman.
5.      Kesimpulan dan saran
Peribahas merupakan kekayaan budaya kita yang patut kita jaga dan kita lestarikan.

                                                                    Tanjung Pinang, 10 Mei 2011

  Unyil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar