Senin, 26 September 2011

DIKSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan secara terus-menerus dan teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Biasanya orang membuka kamus untuk mengetahui arti sebuah kata, cara penulisannya, atau cara-cara melafalkannya. Akan tetapi, banyak juga orang yang menginginkan lebih dari itu. Mereka ingin menemukan kata tertentu untuk mengetahui pemakaiannya secara tepat. Sudah barang tentu seorang pembicara atau seorang penulis akan memilih kata yang "terbaik" untuk mengungkapkan pesan yang akan disampaikan. Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuhi syarat (1) tepat (mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidah kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.
B.    Tujuan dan Kegunaan Makalah
1.                  Tujuan Makalah
a.       Untuk mengetahui tentang  diksi, mulai dari pengertian, syarat-syarat diksi yang baik, perubahan makna kata, serta pemahaman diksi pada karangan ilmiah dan non ilmiah.
b.      Agar mahasiswa dapat mengetahui pilihan kata yang baik dalam pengolahan kata, serta menguasai berbagai macam kosa kata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
2.                   Kegunaan Makalah
a.       Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah menulis.
b.      Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi media untuk menambah dan memperluas khasanah keilmuan, terkhususnya bagi pengembangan keguruan ilmu pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Diksi atau Pilihan kata
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh    kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengunggkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunisasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Indikator ketepatan kata ini, antara lain :
1.      Mengomunisasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
2.      Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna.
3.      Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembicara, dan
4.      Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan
Dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Menurut; Gorys Keraf,  point-point penting tentang diksi, yaitu :
*      Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan -ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
*      Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
*      Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
B.      Syarat-syarat Diksi yang Baik
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Diksi yang baik harus memenuhi syarat-syarat, yaitu:
1.      Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
2.      Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
3.      Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
C.      Perubahan Makna Kata
1.      Makna Denotasi dan Konotasi
Makna denotasi dan konotasi dibedakan berdasarkan ada atau tudaknya nilai rasa. Kata denotasi lebih menekankan tidak adanya nilai rasa, sedangkan konotasi bernilai rasa kias.
Makna denotasi lazim disebut:
a.       Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi(pengamatan) menurut pengluhatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif.
b.      Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
c.       Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Dalam kalimat. “ Megawati dan Sosilo Bambang Yudoyono berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak menunjukkan makna bahwa Megawati dan Susilo Bamnang Yudoyono tarik-menarik kursi karena kata kursi berarti jabatan presiden.
Sebuah kata dapat merosot nilai rasanya karena penggunaannya tidak sesuai dengan makna denotasinya. Umpamanya kata kebijaksanaan yang bermakna denotasi kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi sesuatu masalah, menjadi negative konotasinya akibat kasus-kasus tertentu, misalnya:
a.       Pengemudi kenderaan bermotor ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas minta kebijaksanaan kepada petugas  agar tidak diperkarakan (damai ditempat).
b.      Untuk mengurus surat-menyurat di kantor pemerintah seringkali kita pun diminta meberi kebijaksanan olehsang petugas agar urusan tidak terlambat (memberikan uang suap).
Dapat ditegaskan bahwa makna konotatif cenderung bersifat subjektif. Makna kata ini lebih banyak digunakan dalam situasi tidak formal, misalnya: dalam pembicaraan yang bersifat ramah tamah, diskusi tidak resmi, kekeluargaan, dan pergaulan.
Contoh :
a.       Laporan anda belum memenuhi sasaran (konotasi)
b.      Laporan anda sudah mencapai target yang ditentukan, menggunakan data yang akurat, menyetahkan hasil tepay waktu, dan memberikan masukan yang sangat diperlukan bagi kebijakan selanjutnya. (denotasi)
c.       Penulis memanjatkan puji syukur atas selesainya laporan ini. (konotasi)
d.      Kepada Tuhan penulis mengucapkan puji syukur atas selesainya laporan ini dengan baik dan tepat waktu. (denotasi)
2.      Makna Umum dan Khusus
Kata umum debedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, makna kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusu sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikit kemungkinan terjadi salah paham.
Contoh :
a.       Kata umum : melihat
b.      Kata khusus : melotot, melirik, mengitip, menatap, memandang
c.       Kata umum : berjalan
d.      Kata khusus : tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap,
e.       Kata umum : jatuh
f.       Kata khusus : terpleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab, terprosok, terjungkal,
3.      Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret mempunyai referensi objek yang dapat diamati.
Pemakaian dalam penulisan bergantung pada jenis dan tujuan penulisan. Karangan berupa diskripsi fakta menggunakan kata-kata konkret, seperti: hama tanaman penggerak, penyakit radang paru-paru, virus HIV, tetapi karangan berupa klasifikasi atau generalisasi sebuah konsep menggunakan kata abstrak, seperti: pendidikan usia dini, bahasa pemrograman. Uraian sebuah konsep biasanya diawali dengan pembahasan umum yang menggunakan kata abstrak dilanjutkan dengan detail yang menggunakan kata konkret.
Contoh:
1.      APBD Kepri mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkret)
2.      Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujut atau tidak berbentuk)
3.      Kebenaran ( kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
4.      Sinonom
Sinonim adalah persamaan makna kata. Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk, ejaan, dan pengucapannya, tetapi bermakna sama. Misalnya, wanita bersinonim dengan perempuan, makna sama tetapi berbeda tulisan maupun pengucapannya.
Contoh lain ;
a.       Hamil, bunting
b.      Hasil, produksi, prestasi, keluaran
c.       Kecil, mikro, minor, mungil
d.      Kropsi, mencuri
e.       Terminal, halte, perhentian, stasiun, pangkalan, pos
Jadi, kesinoniman mutlak jarang ditemukan dalam peebendaharaan kata bahasa Indonesia. Ketidakmungkinan menukar sebuah kata dengan kata lain yang bersinonim atau hamper bersinonim disebabkan oleh berbagai alasan :
Waktu, tempat, kesopanan, nuansa, makna, tempat atau daerah, dan waktu.
a.       Kegiatan, misalnya : aman-tenteram, matahari-surya.
b.      Kesopanan, misalnya : saya, aku.
c.       Nuansa makna, misalnya : melihat, melirik, melotot, meninjau, mengintip; penginapan, hotel, motel, losmen, mantan, bekas
d.      Tempat atau daerah, misalnya : saya, beta
e.       Waktu, misalnya : pasar hamper bersinonim dengan konsumen atau pelanggan . pasar pada masa lalu berarti tempat orang berjual-beli sedangkan pasar pada situasi masa sekarang, mengalami perluasan bukan hanya tempat jual beli, tapi juga berarti pemakai produk, konsumen, atau pelanggan.
Dua kata bersinonom atau hamper bersinonim tidak digunakan dalam sebuah frase. Misalnya : adalah merupakan, agar supaya, bagi untuk, adalah yaitu, yth. Kepada. Dalam seluruh kalimat, penggunaan kedua kata tersebut, misalnya:
a.       Kucing adalah merupakan binatang buas. (salah)
b.      Kepada Yth. Bapak Nurhadi (salah)
c.       Ia bekerja keras agar supaya sukses. (salah)
Penggunaan kata bersinonim dalam sebuah frase tersebut salah, seharusnya:
1)      a.   Kucing adalah binatang buas. (benar)
b.      Kucing merupakan binatang buas. (benar)
2)      a.   Kepada Bapak Nurhadi. (benar)
b.      Yth. Bapak Nurhadi. (benar)
3)      a.    Bagi saya, pendapat itu salah (benar)
b.      Untuk saya, pendapat itu salah. (benar)
5.      Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
            Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:

Kata Ilmiah
Kata Populer
  1. Analogi
  2. Final
  3. Diskriminasi
  4. Prediksi
  5. Kontrdisi
  6. Format
  7. Antarki
  8. Biodata
  9. Bibliografi
  1. Kiasan
  2. Akhir
  3. Perbedaan perlakuan
  4. Ramalan
  5. Pertentangan
  6. Ukuran
  7. Kekacauan
  8. Biografi singkat
  9. Daftar pustaka

D.    Pemanfaatan Diksi dalam Karangan Ilmiah dan Non Ilmiah
Ketepatan kata terkait dengan konsep, logika, dan gagasan yang hendak ditulis dalam karangan. Ketepatan itu menghasilkan kepastian makna.
Penggunaan kata dalam surat, proposal, laporan, pidato, diskusi ilmiah, karangan ilmiah, dan lain-lain harus tepat dan sesuai dengan situasi yang hendak diciptakan. Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi suatu masalah. Diksi merupakan factor penting dalam menentukan kualitas karangan.
Memilih kata yang tepat untuk menyampaikan gagasan ilmiah menuntup penguasaan :
1.      Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa yang digunakan.
2.      Wawasan bidang ilmu yang ditulis.
3.      Konsistensi penggunaan sudut pandang, istilah, baik dalam makna maupun bentuk agar tidak menimbulkan salah penafsiran
4.      Syarat ketepatan kata, dan syarat kesesuaian kata.
  

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab II, dapat kita simpulkan bahwa  diksi adalah ketepatan pilihan kata. Jadi dalam kita  membuat suatu tindakan baik berupa lisan maupun tulisan kita semestinya terlebih dahulu mengetahui pilihan kata yang baik dan benar. Dengan mengetahui serta menguasai berbagai macam kosa kata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai dalam lingkungan kelompok manusia tertentu. Khususnya bahasa tulis, untuk itu kita perlu lebih cermat dalam memilih kata-kata yang hendak kita sampaikan supaya apa yang kita sampaikan dipahami oleh orang lain. Untuk itu sebaiknya kita mesti mempelajari Diksi, syarat diksi yang baik dan benar, perubahan makna, serta manfaat diksi dalam megarang baik ilmiah maupun non ilmiah.
Dengan mengetahui serta memahami tentang  diksi, mulai dari pengertian, syarat-syarat diksi yang baik, perubahan makna kata, serta pemahaman diksi pada karangan ilmiah dan non ilmiah. Tentu akan mempermudah kita dalam berbahasa.
B.     Saran
Untuk menindak lanjuti beberapa permasalahan yang dihadapi sebagaimana yang telah dijelaskan dalam makalh ini. Maka, dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak.
1.      Perlu meninjau kembali tentang diksi, karena diksi merupakan prangkat terpenting dalam berbahasa, bagaimana kita bisa menjadi penulis dan pembicara yang handal jika diksi yang kita gunakan tidak tepat. Karena setiap kata-kata yang hendak kita utarakan baik melalui lisan maupun tulisan mesti tersusun dengan baik dan sempurna, tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar apa yang hendak kita sampaikan mudah di mengerti oleh orang lain.
2.      Semoga dengan mempelajari kembali tentang diksi ini, membuat bahasa kita lebih baik dari sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar